[tie_list type=”minus”] Order Meningkat 50 Persen [/tie_list]
BOGOR – Santernya isu beras sintetis membawa berkah tersendiri bagi para penggiling gabah di Kota Hujan. Mereka kini sibuk melayani masyarakat yang ingin membeli gabah langsung dari lokasi penggilingan. Itu untuk menjamin keaslian padi.
”Sudah beberapa hari ini banyak yang beli langsung ke penggilingan,” aku Amin, 45, pemilik penggilingan padi Unggul Jaya, Kampung Cibereum Jempol, RT 04 /04, Mulyaharja, Bogor Selatan.
Tiga hari ke belakang, beras di penggilingannya kebanjiran pembeli. Orderan juga mengalir deras dari pembeli eceran hingga partai besar. Di lokasi penggilingannya, ada tiga banjar gabah yang dijemur di lahan 500 meter persegi. Bobot keseluruhan gabah mencapai tiga ton.
”Pesanan banyak. Tadi saja ada pesanan beras 50 karung ukuran sepuluh kilogram,” tuturnya kemarin (28/5).
Kenaikan penjualan beras di penggilingan mencapai 50 persen. Ada dua jenis beras yang ia jual. Pertama, beras Ciherang yang dioplos dengan jenis Sintanur dengan harga Rp 9.500 per kilogram. Kedua, beras jenis Pandan Wangi Sintanur yang dibanderol Rp10 ribu per kilogram.
”Yang paling laris beras Pandan Wangi Sintanur. Karena jika sudah dimasak, berasnya lebih tahan lama dan tidak cepat lembek,” ujarnya.
Amin mendapat gabah dari Kabupaten Cianjur. Dia membeli gabah kering Rp 3.500 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering siap giling Rp 4.500 per kilogram. Sementara petani di sekitar penggilingan tidak lagi menjual gabah kepada penggiling. Mereka lebih memilih menjual berasnya langsung.
”Ya, sekarang mending jual sendiri saja. Ke sini cuma menggiling saja. Karena lebih untung dijual langsung. Gara-gara banyak beras sintetis, jadi pada beli ke saya,” papar Deni, 54, petani di Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan.
Berdasarkan data Kelurahan Mulyaharja, terdapat 300 petani padi yang terbagi dalam15 kelompok tani. Mereka menggarap lahan seluas 40 hektare.
”Di Kelurahan Mulyaharja masih banyak warga bermata pencaharian sebagai petani,” terang Lurah Mulyaharja Abdul Rahman.
Peredaran beras sintetis dituding sebagai permainan para tengkulak nakal. Dalam seminggu terahir, harga beras terjun bebas hingga 25 persen. Itu melahirkan spekulasi adanya aksi penimbunan dan pengoplosan beras. Tengkulak besar jor-joran belanja beras dengan target mendapat keuntungan berlipat ketika dijual saat Ramadan dan Lebaran.