Keempat, pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan nasional bukan menjadi ukuran akhir menilai keberhasilan pembangunan. Tapi, lebih pada mengukur kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pro poor, pro job dan pro growth. Kelima, perlunya pendirian bank yang mengelola keuangan khusus untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Seperti petani, nelayan, buruh, serta kegiatan usaha kecil rakyat, yang merupakan 40–50 persen kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Karena itu, pembangunan ekonomi Indonesia tidak cukup dengan mengejar tingkat pertumbuhan gross domestic production (GDP). ’’Sudah saatnya ditetapkan kebijakan pembangunan yang secara eksplisit merumuskan berapa bagian dari target pertumbuhan GDP yang akan disumbangkan oleh kelompok masyarakat berpendapatan rendah,” ujar Yuddy.
Langkah keenam, adanya daya dukung yang cukup, ketersediaan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Agar, pembangunan eknomi industri dapat berkelanjutan bagi kepentingan generasi mendatang, dan tidak merusak lingkungan di mana masyarakat berada. Ketujuh, pemerintah perlu segera memiliki blue print pembangunan industri berjangka panjang. Sebagai payung, target dan ke mana arah pembangunan ekonomi industry, yang memberi jaminan kesejahteraan rakyat.
Kedelapan, strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi sangat ditentukan oleh faktor pentingnya pemerintah yang bersih dan kuat (clean and strong government), penegakkan hukum (law enforcement) dan kestabilan politik dalam negeri.
Saat ini, lanjut Yuddy, pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla berkomitmen membangun Indonesia lebih baik, berwibawa, mandiri, demokratis, meningkatkan pembangunan ekonomi yang bersandarkan pada pro poor, pro job dan pro growth. Demi terciptanya Indonesia yang kuat dan makmur, yang dirumuskan sebagai Nawacita.
Nawacita ini mendorong lahirnya kebijakan ekonomi kesejahteraan sosial (Ekoteros). Melalui penguatan pembangunan yang tidak hanya bertumpu pada wilayah perkotaan. Tapi, juga wilayah pedesaan dan daerah-daerah pelosok. Selain itu, juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing produk Indonesia di pasar internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, serta melakukan revolusi mental agar Indonesia mampu bersaing dengan dunia internasional dalam segala hal.
Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas Nasional El Amry Bermawi Putera mengatakan, Yuddy yang tanggal 29 Mei 2015 genap berusia 47 tahun, merupakan guru besar termuda di Universitas Nasional dan tercatat sebagai guru besar ke-18 di universitas ini. ’’Profesor Yuddy melengkapi deretan civitas academica Universitas Nasional yang menjabat sebagai Menteri,” ujarnya.