Pihaknya tidak melaporkan ke pusat karena memang tidak menerima sampel beras yang dikirim BPOM atau Kemenkes. ’’Kali ini klien kami adalah Pemkot Bekasi jadi kami tidak laporkan ke BPOM. Tapi selama ini BPOM sering minta kami menguji sesuatu kalau mereka tidak punya fasilitas laboratoriumnya. Alat kami memang punya standar khusus dan harganya mahal,’’ tukasnya.
Dengan kasus ini pihaknya berharap masyarakat lebih hati-hati dalam mengkonsumsi makanan apapun. Untuk beras, dia menyarankan untuk memeriksa secara lebih teliti sebelum dimasak. ’’Kalau beras asli itu ada putih-putihnya di dalam, kalau palsu cenderung bersih. Kemudian kalau beras asli dicuci airnya keruh, sementara beras plastik tetap bening. Bisa juga dibakar kalau leleh berarti palsu,’’ sambungnya.
Adizam mengakui, kasus pangan yang tercemar plastik bukan pertama kali ditemukan Sucofindo. Sebelumnya laboratorium Sucofindo juga menemukan kandungan plastik dalam kerupuk dan gorengan. Taktik itu biasanya diapakai supaya makanan terasa renyah. ’’Entah sengaja atau tidak tapi pernah kita temukan. Mereka memasukkan minyak goreng sekaligus plastiknya ke wajan,’’ tandasnya.
Sementara itu, uji laboratoriun yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seperti jalan di tempat. Hingga kemarin pengujian belum juga membuahkan hasil. ’’Siang tadi (kemarin, red) baru saja saya mengubungi BPOM. Mereka mengaku masih meneliti beras yang dikatakan beras plastik itu,’’ kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama.
Dia menegaskan, keputusan final apakah beras itu plastik atau bukan, berada di bawah kewenangan BPOM. Tjandra mengatakan, laboratoriumnya siap mendukung penelitian atau uji laboratorium itu. Di antaranya mereka memiliki laboratorium berbasis high performance liquid chromatography (HPLC). Laboratorium ini mempunya kemampuan mendeteksi senyawa padat dalam suatu bahan. ’’Pernah kita coba saat mendeteksi kandungan karbamat dalam pestisida,’’ tambahnya.
Tjandra mengatakan, ada tiga akibat yang bisa muncul dari konsumsi plastik. Yakni, mengakibatkan trauma di saluran cerna akibat fisik konponen plastik yang dikonsumsi. Meskipun komponen plastik sudah cenderung lentur setelah ditanak, namun tetap berpotensi membuat trauma organ pencernaan. Dampak berikutnya adalah efek bahan kimia tertentu yang dipakai. Menurutnya, bahan baku plastik sangat beragam sehingga perlu diketahui secara pasti bahan kimia apa yang dipakai.