[tie_list type=”minus”]Monorel Gedebage-Tanjungsari Tuai Pro Kontra[/tie_list]
SUMEDANG – Wacana pembangunan monorel koridor pertama yakni Gedebage-Tanjungsari sejauh ini masih menuai kontra masyarakat di Jatinangor dan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Penolakan warga tak lain karena pembangunan monorel dengan rute sepanjang 28 KM (Kilometer) dengan 11 stasiun memakan lahan milik warga.
’’Sejauh ini juga belum ada sosialisasi dari pemerintah,’’ ujar Alan, 35, warga Kecamatan Jatinangor, kemarin (18/5).
Terkait hal ini, Wakil Bupati Sumedang Eka Setiawan mengakui bahwa pemerintah belum melakukan sosialisasi terkait pembangunan monorel. Namun, dia berharap masyarakat mendukung dan mendorong terlaksananya proyek ini. ’’Jangan sampai proyek nasional ini terhambat,’’ ujarnya saat ditemui di sebuah acara di Kecamatan Pamulihan, Sumedang, Senin (18/5).
Terkait masih adanya penolakan dari warga, Wabup mengatakan sejauh ini pihaknya masih menunggu data konkret dari provinsi terkait total lahan yang harus dibebaskan. ’’Setahu kami, proyek monorel melintas di lahan yang kebanyakan telah dikuasai pemerintah. Tapi data konkret terkait lahan ini kami pun masih menunggu data konkretnya dari pemerintah provinsi,’’ tuturnya.
Yang pasti, kata Wabup, Pemkab Sumedang sendiri mendorong agar proyek ini berjalan sesuai dengan rencana, yakni rampung dan sudah mulai dioperasikan pada 2017. ’’Kami pun berharap warga sama-sama menyukseskan proyek ini karena manfaatnya akan banyak dirasakan masyarakat bila nantinya monorel ini mulai beroperasi,’’ katanya. (rmo/tam)