Fokus Relokasi Korban Longsor ke Cikakapa

Namun demikian, lanjut Marlan, semua kegiatan di sekitar area pencarian masih berjalan kondusif, karena tersisa sekitar 50 anggota polisi dan 75 anggota TNI. ’’Jumlah tersebut masih cukup untuk mem-back-up, yang penting alat berat juga masih bekerja optimal,’’ terang dia.

Marlan juga menambahkan, kondisi di area terdampak longsor sudah tidak memungkinkan dilakukan pengerukan manual. Sebab, kedalamannya sudah mencapai 5–7 meter. ’’Jadi tetap harus dilakukan menggunakan alat, dan dengan personel yang sedikit. Saya berharap semua tetap efektif,’’ ungkap dia.

Sementara itu, sejumlah warga korban gempa Walatra, Pangalengan dan Rawabogo, Ciwidey sudah bertahun-tahun belum juga dieksekusi dan direlokasi. Padahal, mereka berharap kepada pemerintah segera melakukannya. ’’Kami sering mengawal bencana yang terjadi di Kabupaten Bandung. Terutama di wilayah Kabupaten Bandung Selatan,’’ ujar Juandi, warga Peduli Lingkungan Baraya Bandung Selasa (12/5).

Menurut Juandi, persoalan Kabupaten Bandung memang sangat kompleks. Namun, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Tinggal pemerintah sigap dalam mencermati. ’’Dan merealisasikan keinginan masyarakat. Harus serius,’’ ujarnya.

Dia menyebut, dua titik bencana lama yang belum dieksekusi relokasi. Yakni, pengungsi gempa yang sudah bertahun tahun tinggal di Walatra, Pangalengan dan di Rawabogo, Ciwidey. ’’Jangan sampai yang di Cibitung nasibnya sama. Seperti warga Pangalengan dan Ciwidey,’’ pintanya.

Daerah rawan bencana lain yang perlu diperhatikan, tambah dia, seperti di Rancabali, Pasirjambu, Kertasari dan Pacet. ’’Ini harus dipikirkan bersama. Tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua. Termasuk di dalamnya masyarakat yang peduli, pengusaha juga,’’ ucap dia.

Terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan, bencana longsor di Pangalengan, Kabupaten Bandung pada Selasa lalu (5/5) mirip longsor di Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada 23 Februari 2010. Keduanya terjadi di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja kebun teh.

Hujan, kata dia, menyebabkan retakan di punggung bukit. Kemudian, longsor meluncur ke bawah menghantam permukiman sejauh sekitar 1,2 kilometer. Dengan lebar timbunan longsor 300 meter dan tebal empat meter.

Syamsul menjelaskan, jenis tanah di Pangalengan dengan Tenjolaya sama, yaitu vulkanik dengan solum tebal. Telah lapukan dan di bagian bawah kontak dengan lapisan batuan dasar sebagai gelincir longsor. Bedanya longsor Pangalengan disertai ledakan pipa panas bumi. Sedangkan Ciwidey, tidak ada kaitannya dengan pipa panas bumi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan