Protes yang melayang ke koalisi negara Teluk terkait dengan serangan paling baru tidak hanya datang dari Indonesia. Pemerintah Iran juga ikut melayangkan nota kekecewaan ke pemerintah Arab Saudi sebagai pemimpin operasi serangan tersebut. Menurut siaran Fars News Agency, pemerintah Iran memanggil utusan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Iran. Protes tersebut dilayangkan karena guncangan bom merusak gedung Kedutaan Besar Iran di Sanaa.
Retno menyatakan akan membawa insiden di Yaman itu ke agenda pertemuan Presiden Indonesia Joko Widodo dengan pemimpin negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) hari ini (22/4). Agenda pertemuan tersebut menjadi salah satu rangkaian kegiatan KAA. ’’Kita lihat perkembangannya seperti apa nanti di sana,’’ katanya.
Apakah akan ada semacam peringatan atau teguran ke Arab Saudi yang terus melancarkan serangan bersenjata? Retno belum mau merespons. Dia memilih untuk menegaskan bahwa meski kerusakan cukup parah, KBRI bukan target serangan tersebut. ’’KBRI kita itu terkena imbas. Gitu ya. Yang lain-lain kita lihat nanti,’’ elak Retno.
Saat insiden terjadi, ada 17 WNI di kantor KBRI. Mereka terdiri atas 4 anggota tim evakuasi dari Jakarta, 6 orang staf KBRI, 5 buruh migran asal Indonesia, dan 2 mahasiswa Indonesia. Karena pengeboman tersebut, tiga orang menderita luka-luka. Dua di antaranya staf KBRI dan seorang lagi adalah buruh migran asal Indonesia. ’’Alhamdulillah, hanya luka ringan karena terkena pecahan kaca,’’ imbuh Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat dihubungi tadi malam.
Menurut dia, kerusakan KBRI di Yaman akibat insiden tersebut mencapai 70 persen. Meski secara umum struktur bangunan utama masih berdiri, seluruh kaca pecah.
Hingga kemarin sore, menurut dia, belum ada komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pascainsiden bom. Karena itu, Indonesia belum merasa perlu untuk melakukan langkah aktif diplomasi khusus setelah KBRI turut menjadi korban konflik bersenjata di sana. ’’Kita kan juga belum dapat laporan pasti, siapa yang bertanggung jawab atas pengeboman itu,’’ kata Arrmanatha.
Sejak diberlakukannya intensifikasi evakuasi, pemerintah berhasil mengevakuasi 1.981 WNI keluar dari Yaman. Sebanyak 1.973 di antaranya sudah tiba di Indonesia. Langkah itu berlangsung sejak Desember 2014.