Oktiya Haniarti, Translator Artis-Artis Korea

[tie_list type=”minus”]Paling Menyenangkan Ngobrol dengan Nichkhun 2PM[/tie_list]

Demam K-pop (Korean pop) yang masih menjangkiti remaja-remaja Indonesia memberikan peluang pekerjaan bagi Oktiya Haniarti. Berkat keahliannya berbahasa Korea, perempuan cantik itu hampir selalu menjadi langganan penerjemah bagi artis-artis Negeri Ginseng tersebut ketika tur ke Indonesia.

 Zalzilatul Hikmia, Jakarta

Ektiya Haniarti
Oktiya Haniarti/jawapos

KESEMPATAN LANGKA: Oktiya Haniarti (kiri) berfoto bareng Chansung, member 2PM, saat konser di Jakarta, Maret lalu.

SORE itu (27/3), sejumlah orang masih tampak berlalu-lalang melakukan persiapan akhir untuk acara konferensi pers konser 2PM di Jakarta. Beberapa di antara mereka sibuk mengangkat bangku-bangku tambahan ke ruangan di Kota Kasablanka Mall. Termasuk, sosok perempuan berpenampilan mencolok yang mondar-mandir di depan panggung. Terlihat seperti menghafal, dia terus mengucap lirih satu kalimat sambil sesekali melihat kertas yang dipegangnya.

Ya, perempuan tersebut adalah Oktiya Haniarti. Sore itu, dia didapuk menjadi penerjemah sekaligus MC pada acara yang dihadiri para artis Korea tersebut. Keberadaannya cukup penting karena menjadi ’’jembatan’’ komunikasi antara wartawan Indonesia dan artis Korea yang hanya bisa berbahasa negaranya.

Di dunia entertainment, khususnya yang berkaitan dengan K-pop, nama Oktiya Haniarti memang cukup familier. Hampir dalam setiap acara yang mendatangkan selebriti atau pesepak bola Korea dan membutuhkan jasa penerjemah, nama Okti –panggilan gadis 25 tahun itu– selalu ada.

Sejumlah penyelenggara acara pernah memanfaatkan kemahiran bahasa Korea Okti. Sebut saja konser Super Junior (Suju) Show 4, SM Town, 2PM, Lee Min Ho, Running Man, temu fans dengan Park Ji-sung, CNBlue, Ukiss, dan banyak lagi.

Bahasa Korea Okti memang tidak diragukan lagi. Lahir dan besar di Seoul (mengikuti orang tua yang saat itu menjadi staf di Kedubes RI di ibu kota Korea tersebut) membuat Okti terbiasa dengan bahasa Korea. Namun, terjun di dunia interpreter sama sekali tidak pernah terbayang dalam diri gadis keturunan Sunda-Jawa itu.

Okti semula justru ingin menjadi artis layaknya gadis-gadis Korea pada umumnya. Karena itu, dia pernah mencoba masuk sebuah agensi. Dia mendaftar untuk dapat ikut program pelatihan menjadi artis dengan membayar 200 ribu won (sekitar Rp 2,2 juta dengan kurs 1 won = Rp 11). Oleh pihak agensi, Okti dijanjikan bisa segera debut sebagai artis pendatang baru. Tapi sayang, mimpi itu buyar seketika. Agensi tersebut ternyata abal-abal dan hanya menginginkan uangnya.

Tinggalkan Balasan