”Saya masih pertimbangkan apakah berbentuk koin atau oval,” ungkapnya. Itu baru bisa diketahui setelah melalui proses pengepingan. Seandainya dibentuk bulat, diameternya akan dibikin 3 sentimeter. Sebaliknya, kalau bisa dibuat oval, ukurannya akan lebih besar, yaitu 3 cm x 4 cm x 1 cm. ”Kita upayakan oval, 1 sentimeter itu sudah tebal dan nyaman untuk dipakai, tidak terlalu berat,” sambungnya.
Di kalangan produsen batu mulia, Yudi dan Lasminingrat Gemstone sudah sangat terkenal. Di Garut, karya-karya Lasminingrat Gemstone sering menang kontes. Dia mengaku pernah juga menjadi juara umum kontes batu akik gubernur Jawa Barat dan kontes batu akik yang diselenggarakan stasiun televisi swasta tahun lalu.
”Yang terbaru, batu akik warna hijau saya menjadi juara umum kontes batu akik tingkat nasional di Gem Stone Festival Bandung pada 7 Maret lalu,” ungkapnya.
Layaknya pebisnis pada umumya, Yudi juga mengalami pasang surut. Suatu ketika dia pernah rugi Rp 150 juta karena membeli bongkahan batu yang ternyata tidak ditemukan pancawarna sama sekali. Namun, dia pernah untung di atas Rp 1 miliar karena menemukan corak yang sempurna.
”Yang beli bukan hanya Indonesia, ada dari Hongkong, Tiongkok, Malaysia. Banyak sekali sampai nggak ingat,” jelasnya.
Antusiasme Yudi untuk turut memberikan suvenir khas Indonesia kepada delegasi KAA patut mendapatkan apresiasi. Sebab, itu bakal memperkenalkan kekayaan kebudayaan kita.
Tiongkok, saat menjadi tuan rumah Olimpiade 2008, menyematkan batu giok di seluruh medali. Kita juga seharusnya bangga bisa memberikan suvenir batu akik sebagai batu mulia khas Indonesia kepada para delegasi KAA. (*/c10/ang)