Kandidat Tidak Mendidik Masyarakat
SOREANG – Pertarungan politik Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di 48 Desa dari 23 Kecamatan, akan digelar secara serempak pada 5 April mendatang.
Meski terkesan remeh, namun jangan anggap enteng suhu politiknya. Sebab, layaknya tokoh nasional, pertarungan antara kandidat dan incumbent tidak kalah sengit seperti politik di tingkat pusat.
Dari sisi anggaran, Pemerintah Kabupaten Bandung telah menyiapkan anggaran pilkades yang bersumber dari Alokasi Dana Khusus (ADK) Kabupaten Bandung dengan per hak pilih Rp 7.500. ’’Angka tersebut, dikalikan dengan banyaknya jumlah hak pilih menghasilkan angka nominal Rp 3.199.965.000,’’ ungkap Kabid Pasilitasi Pemdes BPMPD Kabupaten Bandung Tito Thomas P. kepada Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) kemarin (29/3).
Dari anggaran inilah, salah acuan permainan politik dimulai. Kendati sedikit, para calon berupaya keras supaya para pemilih mau memilih sang calon kepala desa dalam politik ala pedesaan.
Kendati skup pedesaan, namun penetrasinya lumayan kencang. Terbukti ada beberapa mantan kepala desa yang sukses bertarung mencalonkan anggota legislatif hingga terpilih menjadi dewan.
Dengan alasan inilah, para petarung di tingkat lokal ini bersusah payah demi menjadi kades. Dengan berbagai cara. Baik terselubung atau transparan dalam memainkan sebuah permainan politik.
Yang kentara dan kerap terjadi di berbagai daerah, tentunya politik uang. Uang sudah menjadi kendaraan senjata ampuh sebagai pelicin dalam melakukan berbagai aksi. Sebagai mesin politik dalam bertindak, bahkan sebagai penentu kemenangan.
Pilkades salah satu even demokrasi untuk mendapatkan pemimpin di sebuah pedesaan dengan cara memilih secara langsung. Aturan mainnya, langsung umum bebas rahasia (Luber) maupun secara jujur dan adil (Jurdil).
Namun balik lagi, dalam pertarungan politik pilkades uang sangat berperan penting sebagai penggerak mesin politik. Jika tak ada uang, para bebotoh atau dari sang calon kades sendiri, tentunya pertarungan sangat sulit menang. Meski memiliki potensi diri yang bisa dijual.
Selain itu, keberadaan kader, simpatisan juga donatur sangat penting untuk meraih kemenangan. Selain membentuk kader tim sukses untuk dijadikan kaki tangan, calon kades pun kian getol melakukan pendekatan dengan tokoh pemuda, agama, masyarakat, melalui silaturahmi.