ANDIR – Dominasi warna merah dan emas sangat terlihat di kawasan Cibadak dan Kelenteng kemarin (14/3). Suara genderang berdentam kencang. Membuat suasana Kirab Budaya Cap Go Meh semakin meriah.
Acara yang juga merupakan rangkaian peringatan Hari Raya Imlek 2566 ini melibatkan 5.000 peserta. Barongsai, tandu dan liong memadati jalanan, meliuk-liuk dengan lincah. Namun, di tengah-tengah barongsai, ada Gatot Kaca, Cepot dan tokoh-tokoh Sunda lainnya.
Dimulai pukul 14.00, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang langsung membuka perayaan ini. Menurut dia, keterlibatan Cepot dkk itu merupakan bentuk ekspresi budaya. Sebab, Kota Bandung termasuk multikultural. ’’Cap Go Meh ini bagian dari ekspresi kebudayaan warga Tionghoa, warga Bandung,’’ kata dia kepada Bandung Ekspres di Vihara Samudra Bhakti.
Pria yang akrab disapa Emil ini menyatakan, perayaan ini merupakan salah satu cara untuk menarik wisatawan ke Kota Bandung. Cap Go Meh, dianggap paling istimewa, karena bentuknya kirab. ’’Kirab kan artinya ada memamerkan sesuatu. Identitasnya yang hanya dilakukan pada satu tahun sekali. Jadi pemerintah Kota Bandung mendukung acara ini, setiap tahun,’’ ucap dia.
Dia juga memohon makllum kepada warga, karena volume kendaraan pasti menumpuk saat itu. Namun, Emil meminta masyarakat untuk menghargai perayaan keberagaman ini dengan toleransi. ’’Kebersamaannya luar biasa dan sambutannya luar biasa,’’ ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Pelaksana Kirab Budaya Budi Hartono menjelaskan, para pegiat seni tak hanya berasal dari daerah Bandung. ’’Kemudian, ada 89 barongsai, 28 liong dari 128 delegasi yang datang ke Kota Bandung,’’ jelas dia.
Sementara itu, Shin-shin warga keturunan Tionghoa mengatakan, pagelaran ini memang selalu ramai. Dia bersama keluarga selalu datang untuk melihat barongsai. Dan mengenalkan budaya Tionghoa kepada anaknya. ’’Ajak anak aja biar ada hiburan. Sekarang kan semua orang kumpul dan nikmati kesenian budaya sama-sama,’’ ucapnya. (fie/tam)