Butuh Kebijakan Fresh

Terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, pelaku pasar memang menanti pemerintah bertindak terkait nilai tukar rupiah yang terus melemah. Jika, paket kebijakan ekonomi tersebut tidak segera diumumkan, dikhawatirkan pasar akan kecewa. ’’Dan itu bisa berarti IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun,’’ kata Satrio saat dihubungi kemarin.

Satrio mengaku, sebagian besar pelaku pasar telah mengetahui rencana paket kebijakan yang akan diumumkan pemerintah. Sebab, sebelumnya Menkeu Bambang Brodjonegoro telah menyampaikan rencana delapan kebijakan yang akan diberlakukan untuk stabilisasi nilai rupiah. Namun, pasar menanggapi dingin sejumlah kebijakan tersebut. ’’Karena itu tidak ada yang baru, dan sudah pernah diumumkan sebelumnya. Akibatnya IHSG cenderung turun, karena memang belum kelihatan apa-apa dan bolanya sudah dilempar dua tiga hari lalu,’’ ujarnya.

Untuk itu, Satrio mengungkapkan, pasar mengharapkan pengumuman paket kebijakan nantinya tidak sekedar me-recylce (mengolah lagi) rencana kebijakan yang sudah pernah ada sebelumnya. Melainkan membuat gebrakan kebijakan baru yang mampu menggairahkan pasar. ’’Pasar berharap pemerintah melakukan suatu langkah atau formulasi kebijakan yang baru. kalau tidak ada. Pasar juga tidak punya sesuatu yang baru juga ke depannya,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyiapkan tujuh kebijakan yang bertujuan untuk stabilisasi makro ekonomi. Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan, tujuh kebijakan itu adalah bias ketat, pengendalian inflasi di kisaran 4 persen plus minus 1 persen, defisit transaksi berjalan lebih sehat, stabilitas nilai tukar rupiah, pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) yang sehat, pendalaman pasar, dan penggunaan rupiah dalam semua transaksi dalam negeri.

Selain tujuh jurus tersebut, BI berharap ada dukungan masyarakat dengan tidak perlu khawatir tentang pelemahan rupiah. ’’Depresiasi rupiah yang terjadi saat ini tidak separah depresiasi dibandingkan negara lain,’’ sebutnya.

Agus mencontohkan, tahun 2014 lalu, rupiah terdepresiasi sekitar 1,8 persen. Sementara, Malaysia terdepresiasi 6 persen, Brazil tahun lalu depresiasi Real sekitar 12,5 persen, dan Turki 8 persen. ’’Jadi jika bandingkan dengan itu, Indonesia tidak terlalu buruk. Jangan membuat kondisi panik,’’ harap Agus. (dyn/ken/dee/kim/tam)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan