Bukan Online, Tapi berbasis Komputer
SUMUR BANDUNG – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan komitmennya untuk meneliti fenomena aksi begal yang kini marak dilakukan kelompok anak muda di Indonesia. Sebab, pengaruh kekerasan yang terjadi saat ini berasal dari tiga tempat. Yakni, rumah, sekolah, dan lingkungan.
’’Oleh karena itu, saya akan lihat yang sekolah. Kita harus sama-sama dengan orang tua di rumah dan lingkungan,’’ kata dia usai menjadi pembicara dalam Seminar Pendidikan Karakter di Museum KAA, Jalan Asia Afrika, kemarin (28/2).
Pria asal Kuningan ini mengatakan, kekerasan yang terjadi pada kelompok anak muda bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya video game. ’’Kita harus lihat model-model video game yang kekerasan, yang sekarang keberadaannya luar biasa masif,’’ kata dia.
Akibat pengaruh video game kekerasan tersebut, anak-anak seringkali tidak bisa membedakan mana kekerasan yang virtual dengan kekerasan yang nyata. Hal ini yang harus kita dikendalikan oleh semua pihak. Baik orangtua, guru ataupun lingkungan sekitar. Anies juga meminta agar lingkungan sekolah jeli dan tegas terkait kasus kekerasa.
Dia menegaskan, pemerintah akan mendukung kepala sekolah yang berani bertindak tegas terhadap munculnya kekerasan. Dan bila ada masalah maka bukan hukuman tapi kedisiplinan bersama orang tua, karena yang menangani di rumah adalah orang tua. Anies telah menyusun materi khusus tentang hal tersebut dan menginstrusikan sekolah untuk mengundang orang tua. Agar anaknya terhindar dari kekerasan seperti kelompok begal.
Dalam kunjungannya ke Bandung, Anies juga menerima keluhan soal Ujian Nasional (Unas) online. Menurut dia, masyarakat salah kaprah. Sebab, yang betul itu Unas berbasis komputer, bukan Unas online. Itupun hanya diterapkan di sekolah-sekolah yang menyatakan siap. Saat ini, sistem itu masih dalam tahan percobaan.