BANDUNG – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi, menjadi pembicara dalam kegiatan ICHCKM (International Conference on Human Capital and Knowledge Management) kemarin (12/2).
Kegiatan tersebut berlangsung di aula timur Institut Teknologi Bandung (ITB). Acara tersebut merupakan hasil dari kerjasama SBM (School of Business and Management) ITB dengan Razak School of Engineering and Advanced Technology UTM (Universiti Teknologi Malaysia). Pada 2005 silam, di tempat yang sama, acara serupa juga pernah dilakukan dengan nama yang berbeda.
ICHCKM sendiri berlangsung pada 11-12 Februari 2015 dengan tema Human Capital Management and Learning Organization for Business Sustainability. Tema tersebut mengusung perkembangan SDM serta manajemen ilmu pengetahuan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA2015). Kegiatan tersebut dibuka oleh Prof. Kadarsyah Suryadi selaku Rektor ITB.
Dalam pidatonya, Yuddy menekankan dalam melakukan pembangunan jangka panjang, salah satu hal yang paling penting dilakukan ialah melakukan revolusi pendidikan. Di Indonesia, kata dia, sekitar 55 persen penduduknya berada pada tingkat pendidikan dasar, 34–36 persen menengah, sisanya barulah tingkat pendidikan tinggi. Pemerintah akan melakukan banyak regulasi baru di bidang pendidikan guna mengakselerasi SDM.
Menghadapi MEA 2015, Menpan mengaku akan meningkatkan populasi penduduk berpendidikan tinggi menjadi 10 persen. Dari yang awalnya sekitar 6–7 persen. Dengan meningkatnya penduduk Indonesia yang terdidik, kata dia, maka akan meningkatkan kompetensi di masyarakat itu sendiri. Dengan begitu, masyarakat Indonesia diharapkan mampu berkompetisi dalam MEA. Dia juga mengutarakan, dengan rendahnya populasi masyarakat berpendidikan tinggi tentu akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan rakyat. ’’Pendidikan rendah sama dengan kesejahteraan berkurang,’’ ujarnya.
Dalam konferensi pers, Prof. Dr.Ir. Sudarso Kaderi Wiryono, DEA, dekan SBM ITB menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan berbagai universitas, dan akan mengirimkan mahasiswa ke negara lain agar mahasiswa tersebut mengenal ‘atmosfir’ negara lain. Selain itu, pihaknya juga melakukan program Double Degree atau program untuk mendapatkan dua gelar dari universitas yang berbeda. ’’Semester 6 kita kirim ke sana, sehingga mendapatkan dua ijazah,’’ terangnya.