’’Kita masih review dulu (target laba) yang 2015, insya Allah pertengahan bulan (Februari 2015) bisa kita selesaikan semuanya,’’ tandas Dwi.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menambahkan, Pertamina tidak bisa terus merugi saat jualan BBM. Kalau diturunkan hingga Rp 6 ribu misalnya, bisa berakibat buruk karena Mean of Plats Singapore (MoPS) dalam sebulan terakhir USD 69,1 per barel.
Lantas, harga dasar Solarnya Rp 6.438 per liter. Ditambah margin SPBU, distribusi, penyimpanan dan lainnya termasuk pajak jadinya Rp 7.404 per liter. Harga sekarang yang sudah diberi subsidi menurutnya sudah pas. ’’Ada subsidi dari pemerintah Rp 1.000 per liter, jadinya Rp 6.400 per liter,’’ ungkapnya.
Memang, peluang menurunkan harga solar di Februari terbuka. Sebab, dengan MoPS sebelum 5 Februari harga solar bisa di angka Rp 6.200 per liter. Tapi, Ahmad Bambang menjelaskan kalau harga itu sudah membuat dada Pertamina sesak. Tidak bisa diturunkan lagi.
Dia berharap pemerintah dan parlemen bisa melihat kondisi Pertamina yang selama ini kerap rugi kalau jual BBM. Nah, terus turunnya harga minyak menjadi momen untuk bisa mendapatkan keuntungan. Dia ingin mengubur dalam-dalam kisah kerugian Rp 3,94 triliun pada tahun lalu gara-gara distribusi BBM bersubsidi.
’’Pertamina berharap yang penting tidak rugi saja, nggak usah bicara untung besar,’’ terangnya. (dyn/dim/far)