SEMENTARA itu di Soreang, angin puting beliung kembali mengamuk kemarin (25/1). Kali ini, RW 06, 07, 13,dan 14 di Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang yang diobrak-abrik. Menurut Nurjanah, seorang saksi di RW 07, sekitar pukul 13.30 angin besar tiba-tiba menerjang dari arah barat. Dalam sekejap, angin menerbangkan semua yang dilaluinya.
Nurjanah yang pada saat itu berada di dalam rumah berdua saja dengan anaknya hanya bisa mengintip dari balik jendela sambil berdoa. ”Saya sangat panik. Apalagi di rumah cuma berdua sama anak, waktu itu pasrah aja sambil terus berdoa,” kata dia kepada Bandung Ekspres dengan wajah yang masih tegang dan tubuh gemetar sambil terus memeluk anaknya.
Ketua RT setempat Heri Firdaus mengatakan, saat ini pihaknya mendata kerugian warga yang menjadi korban. Di wilayahnya sendiri ada tiga rumah, satu madrasah, dan satu masjid yang hancur atau perlu perbaikan. ’’Kebetulan pihak desa dan kecamatan pun sudah turun langsung ke sini,” katanya.
Sedangkan, di RW 14, seorang warga yang tempat tinggalnya ambuk, Sri Widiastuti mengaku, harus mengungsi sementara ke rumah orangtuanya. Sebab, saat ini keadaan rumahnya rusak parah. Genting rumahnya hampir tak tersisa terbawa angin, begitupun dinding kamarnya yang jebol. Menurut dia, ini adalah kedua kalinya puting beliung menerjang kawasan itu. Padahal, yang rusak karena terjangan angin beberapa bulan lalu belum sempat diperbaiki. Karena belum ada bantuan. ’’Sekarang sudah kena lagi,” keluhnya.
Saat kejadian, dia dan beberapa warga sekitar tengah berada di dalam rumah. Namun, ketika melihat putaran angin yang begitu besar dan kencang mereka lalu berlari menjauh dari rumah karena panik dan ketakutan. ’’Kejadiannya begitu cepat dan langsung menghabisi semua rumah yang berada di RT 1 ini,” tambah Sri.
Senada dengan Sri, Ketua RW 14 Uko Koswara membenarkan bahwa ini adalah kejadian yang kedua kalinya. Namun, sampai saat ini bantuan untuk kejadian yang pertama belum turun dan sekarang sudah kejadian lagi. Uko mengaku, ngeri melihat angin yang begitu kencang menyapu rumah-rumah penduduk. ’’Kurang lebih seperempat jam, tapi sangat dahsyat,” ungkapnya.