PANGKALAN BUN – Hujan yang turun sejak pagi di sekitar lokasi pencarian serpihan pesawat AirAsia QZ8501 menyulitkan para penyelam gabungan Basarnas. Sedianya tim gabungan akan melihat bagian dalam bodi pesawat yang telah ditemukan lokasinya. Pengangkatan bodi pesawat sendiri baru dilakukan setelah memastikan ada tidaknya korban.
’’Kedatangan saya ke sini untuk melihat dan memastikan pencarian korban ada tidak di dalam bodi pesawat. Kalau ada kami prioritaskan untuk diangkat,’’ ujar Kabasarnas Marsdya TNI FHB Soelistyo saat mendatangi Posko Pangkalan Bun kemarin (15/1).
Untuk mencari dan mendapatkan korban yang diduga masih ada di bagian bodi pesawat, Basarnas kembali menerjunkan para penyelamnya. Para penyelam yang tergabung dalam Basarnas Special Group (BSG) selama ini belum pernah sekalipun melakukan penyelaman karena semua kegiatan bawah air dikendalikan dan dilakukan oleh personel TNI AL. ’’Kami juga libatkan Jakarta Diving Club,’’ ujarnya.
Bagaimana jika di dalam main body sudah tak ditemukan korban karena sudah hari ke-18? Soelistyo mengaku tujuan utama tim Basarnas tetap mencari korban. Oleh karena itu, untuk membuktikan sudah tak ada korban yang bisa diangkat, maka bodi harus dievakuasi. ’’Saya berharapnya masih ada korban yang bisa ditemukan,’’ ungkapnya.
Meski telah mengurangi bantuan asing, namun Basarnas tetap memberlakukan lima area pencarian. ’’Tetap lima area pencarian ditambah satu area prioritas,’’ ujarnya.
Satu area prioritas itu berada di antara area I dan IV. Basarnas juga mengerahkan kekuatan nelayan. ’’Kami minta nelayan yang menemukan benda dan jenazah untuk melapor, seperti yang terjadi di perairan Kalsel (Kalimantan Selatan) sebelumnya,’’ paparnya.
Saat ditanya mengenai target operasi selanjutnya, Soelistyo mengaku belum bisa menyampaikan karena akan berkaitan dengan psikologi keluarga korban. ’’Sudah ada di benak saya selaku leader tapi tidak bisa saya sampaikan sekarang,’’ ungkapnya.
Menurut dia, perencanaan Basarnas selanjutnya bergantung pada temuan di lapangan. Setiap temuan akan diolah untuk menjadi sasaran operasi berikutnya. Soelistyo mengatakan pengurangan kekuatan asing semata hanya untuk efektifitas operasi.