Donal menilai, karena sudah dapat diperkirakan bahwa jika pengusaha juga beralih ke gas 3 kg, maka mereka akan memborong gas tersebut dari para pedagang baik pangkalan ataupun eceran.
Pemilik rumah makan Bubur MH Donal itu, juga merasakan dampak yang jelas dari kenaikan harga gas terhadap usahany. Selama beberapa bulan terakhir, dia terus berdiskusi dengan sang istri yang juga mengelola rumah makannya terkait kemungkinan menaikkan harga makanan yang dijual oleh mereka. Sebagai pengusaha, dia merasa sangat khawatir jika menaikkan harga makanan, akan menghambat usahanya yang selama ini cukup maju tersebut.
Donal mengaku, dia biasa membeli gas di pangkalan (SPBU) dengan harga Rp 147 per tabungnya. Itupun tidak tentu. Jika stok gas di sana banyak, harganya bisa lebih murah. Namun, saat ini gas tersebut memang sedang langka sehingga harganya demikian melambung. Padahal beberapa waktu sebelumnya, harga gas hanya di kisaran 120 ribu. Jika diperhitungkan, per kilogramnya harga gas saat ini sekitar Rp 13 ribu, hampir menyamai harga satu tabung gas bersubsidi. Ini jelas-jelas akan sangat membuka peluang peralihan pemakaian gas. ’’Kalau begini terus, sama aja pemerintah mengajarkan para pengusaha untuk berbuat tidak jujur,’’ungkapnya.
Donal mengharapkan, pemerintah segera melakukan pengawasan dan menindak oknum-oknum yang dianggap melanggar ketentuan harga gas yang berlaku saat ini. Karena, selama ini pemerintah dinilai kurang konsisten dalam hal pengawasan harga di pasaran.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Perdagangan Dalam dan Luar Negeri (PDLN) Diskoperindag Kabupaten Bandung Engkus Kustiana, menyatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Hiswanamigas terkait hal tersebut. Menurutnya, Hiswanamigas telah meyakinkan bahwa sampai saat ini pasokan gas 12 kg masih aman dan stabil. Justru yang saat ini dikhawatirkan adalah gas 3kg yang permintaannya naik sampai 60 persen, karena banyaknya rumah tangga yang beralih ke gas bersubsidi tersebut akibat kenaikan harga gas 12 kg. ’’Kalau yang 12 kg langka, mungkin itu karena ada beberapa spekulan saja,’’ ungkapnya.
Engkus mengatakan, sepengetahuannya harga saat ini gas 12 kg paling mahal ada di kisaran Rp 130 ribu. Apabila ada kelangkaan atau harga yang melebihi batas yang dianjurkan pemerintah, maka dia menghimbau agar masyarakat atau pengusaha segera melaporkan hal tersebut kepada pemerintah setempat. Baik desa, kecamatan ataupun langsung ke Diskoperindag secara tertulis. Agar pemerintah bisa segera melakukan operasi pasar terhadap pengecer ataupun pangkalan-pangkalan ‘nakal’ tersebut.