BANDUNG WETAN – Di kalangan anak muda, keberadaan tenun sebagai bagian produk budaya Indonesia dianggap kurang menarik. Mereka cenderung berpandangan tenun hanya cocok digunakan dalam acara-acara yang bersifat formal. Padahal, sama halnya seperti batik, tenun bisa dikreasikan sesuai perkembangan fesyen dan mode.
Dalam helatan fashion exhibition bertajuk Tenun Indonesia, sebanyak 24 koleksi pakaian berbahan dasar tenun ditampilkan di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan Bandung, kemarin. Tenun-tenun dari Jawa, Padang dan Kalimantan menjadi pilihan para desainer muda dalam event ini.
Fauziah, salah seorang fashion desainer mengatakan, tenun menjadi pilihan karena bagian etnik Indonesia yang mulai dipandang sebelah mata, terutama oleh generasi muda. ’’Minat anak-anak muda sama tenun masih kurang. Kita ingin membuat kesan tenun menjadi pakaian yang santai, bisa dipakai kemana saja,” ungkap mahasiswi STT Tekstil Bandung kepada Bandung Ekspres, kemarin (15/6).
Dia menilai, banyak warisan budaya Indonesia yang dicuri negara lain. Ini disebabkan generasi muda kurang mengenal budayanya sendiri. ’’Generasi muda harus jadi simbol, jangan sampai budaya kita diambil hak ciptanya oleh negara lain,” terangnya.
Koordinator Fashion Exhibition Ina Rosdiana mengatakan, melalui acara ini dia ingin memperkenalkan karya anak bangsa, mengajak menghargai budaya sendiri, dan mencintai produk dalam negeri. ’’Kita ingin masyarakat mengenal karya kita, karya anak negeri,” ungkapnya.
Pementasan ini, kata dia, bagian dari rangkaian acara Fashion Photography Exhibition yang digagas oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lensa Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. Dengan mengangkat tema Etnik Indonesia. Gelaran ini diawali dengan pameran fotografi, photo discuss, beauty class, seminar fashion, dan diakhiri dengan fashion show karya desainer-desainer muda STT Tekstil Bandung. (mg5/tam/hen)