Tasikmalaya Geser Kota Bandung Kasus Kematian Korona

TASIKMALAYA – Kota Tasikmalaya menggeser posisi Kota Bandung dalam kasus kematian akibat korona di Jawa Barat (Jabar). Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat menyebut, sebanyak 6 persen dari total kasus terkonfirmasi positif yang ada di Kota Tasikmalaya berujung pada kematian.

“Angka kematian kita juga tertinggi di Jabar, 6 persen,” kata dia, Kamis (1/10).

Padahal sepekan lalu Kota Bandung menduduki peringkat pertama tingkat kematian akibat Covid-19 di Jawa Barat. Berdasarkan laman Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 (Picobar) Jawa Barat, case fatality rate (tingkat kematian) Kota Bandung berada di angka 3,64 persen, disusul Kota Depok 2,44 persen, Kota Bekasi 2,31 persen, Kabupaten Bekasi 1,01 persen, dan Kota Bogor 2,52 persen.

Berdasarkan data yang terakhir diunggah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pada Kamis pagi, total kasus terkonfirmasi positif berjumlah 153 kasus. Dari total kasus itu, 60 orang dinyatakan sembuh, 84 orang masih dalam perawatan, dan sembilan orang meninggal dunia.

Namun, pada Kamis siang, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya kembali mencatat penambahan kasus baru sebanyak 53 kasus. Puluhan kasus baru itu berasal dari klaster pesantren di wilayah Kota Tasikmalaya.

Berpegangan data tingkat kematian itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak lagi membiarkan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri. Selain berpotensi menimbulkan klaster keluarga, pasien yang isolasi mandiri tak dapat dipantau dengan maksimal dari sisi medis.

Karena itu, sejak Selasa (29/9) Pemkot Tasikmalaya menggunakan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Universitas Siliwangi (Unsil) sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala. Sementara ruang isolasi di rumah sakit hanya digunakan untuk pasien yang memiliki gejala atau punya penyakit bawaan (komorbid). Namun, baru dua hari digunakan, tingkat keterisian Rusunawa Unsil sudah mencapai 60 persen.

Uus menjelaskan, di rusunawa itu terdapat 40 ruangan yang tersedia. Satu ruangan berisi dua tempat tidur. Sebanyak 30 ruangan digunakan untuk pasien dan sisanya untuk tenaga kesehatan.

“Yang bisa dipakai untuk pasien 30 ruangan. Dalam kondisi darurat itu bisa menampung 60 pasien. Namun diusahakan satu ruangan itu satu pasien,” kata dia.

Dengan adanya penambahan 53 kasus baru, Uus mengaku, pihaknya sedang mencari alternatif lain untuk ruang isolasi pasien terkonfirmasi positif. Sebab, Rusunawa Unsil tak mungkin dapat menampung seluruh pasien itu. Sementara dari keseluruhan 67 ruang isolasi di rumah sakit, hanya empat tempat tidur yang dapat digunakan, yaitu di RSUD dr Soekardjo. Ruang isolasi di rumah sakit lainnya terisi penuh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan