Menimbang Calon “Pelayan” Rakyat di 2019

Rakyat harus bersatu men­cegah berkuasanya para po­litisi posesif. Strategi terbaik adalah rekam jejak para calon dikaji secara kritis. Durasi waktu kampanye enam bulan perlu dimanfaatkan untuk menimbang rekam jejak dan program kerja. Sikap kritis pemilih (rakyat) menjadi sa­lah satu strategi hadirnya politisi yang berjiwa pelayan (servant). Politisi pelayan bukan hanya hadir saat musim pemilu, tetapi setiap waktu hadir memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat.

Pemimpin yang Melayani

Pada era modern, kepe­mimpinan kelayan pertama kali diperkenalkan oleh Ro­bert K. Greenleaf (1904-1990) pada tahun 1970-an. Istilah ini berasal dari dua suku kata yaitu leader dan servant. Kedua istilah ini “Oxymoron” karena memainkan dua pe­ran yang berbeda dalam satu waktu, melayani (serve) dan memimpin (lead).

Sikap ini muncul dari pera­saan tulus dari dalam hati dan memiliki kehendak kuat un­tuk melayani orang lain baik dalam komunitas politik, bisnis, agama maupun sosial. Pemimpin melayani kebutu­han orang-orang yang dipim­pinnya. Ia membangun dan mengembangkan mereka dengan sepenuh hati. Ia men­gosongkan diri tanpa memen­tingkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. Benda-benda material, ke­kuasaan, harta yang dimiliki sebagai sarana untuk men­capai kesejahteraan bersama.

Orientasi utama pemimpin pelayan adalah rakyat yang dilayani. Bagi mereka, jabatan hanyalahamanah dan sarana membangun dan member­dayakan sesama manusia. Segala kepemilikanharta ke­kayaan, kekuasaan, dan ke­muliaan semata-mata demi kepentingan rakyat. Sejarah mencatat, tokoh-tokoh pe­mimpin pelayan hadir me­warnai jagat politik misalnya Nelson Mandela, tokoh pem­bebasan Afrika Selatan dari politik rasialisme.

Ketika menjabat sebagai Presiden tahun 1994, Nelson Mandela menyisihkan gaji­nya untuk anggaran sosial dan bantuan kepada anak-anak miskin. Jose Mujica, Presiden Uruguay (2010-2015). Ia seorang pejabat tertinggi di negara tersebut, namun memiliki gaya hidup yang sangat sederhana. Saat pendahulunya memilihi ting­gal di istana presiden, ia justru memilih tinggal di rumah sederhana, bercocok tanam dan menyisihkan 90 % gaji­nya untuk orang miskin yang membutuhkan. Represen­tasi pemimpin pelayan di republik ini hadir dalam sosok-sosok hebat seperti Joko Widodo (Presiden RI ke-7). Ia adalah presiden rakyat, sederhana dan mem­posisikan diri sebagai ra­kyat kebanyakan. Kemudian Wali Kota Surabaya, Tri Ris­maharini. Ia melayani dengan hati dan selalu mengutama­kan kepentingan masyarakat Surabaya. Kata-katanya yang sering terngiangadalah jangan merasa jadi pejabat, jadilah pelayan rakyat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan