Demi Palestina, KTT Luar Biasa OKI ”Bersahaja

Tak ada agenda wisata berkeliling Jakarta bagi peserta KTT LB OKI. Sebagai penawar lelah, tersedia booth layanan pijat cuma-cuma di venue.

BAYU PUTRA, Jakarta

KONFERENSI Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) memang sudah berlangsung mulai kemarin (6/3). Tapi, tidak banyak penanda bahwa Jakarta tengah menghelat hajatan besar itu. Setidaknya bila dibandingkan dengan pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun lalu yang amat semarak
Hanya ada satu booth promosi Indonesia di venue, Jakarta Convention Center (JCC). Yakni booth spa Taman Sari Mustika Ratu yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Pariwisata. Booth tersebut dikhususkan untuk melayani para jurnalis maupun delegasi yang mengikuti KTT. Sebagaimana sarana promosi, logo Wonderful Indonesia tidak pernah ketinggalan untuk tampil.
”Kami memberikan layanan pijat neck and shoulder (leher dan bahu) secara cuma-cuma. Kurang lebih selama sepuluh menit,” terang Franchise Manager Taman Sari Judit Emma.
Menurut Judit, layanan itu sekaligus menjadi persiapan promosi spa halal Indonesia. Disediakan delapan terapis, yang terdiri dari dua laki-laki dan enam perempuan berjilbab. Terapis laki-laki akan menangani jurnalis dan delegasi laki-laki, begitu pun sebaliknya. Lokasi pijat untuk perempuan juga lebih tertutup.
KTT LB Ke-5 OKI ini memang diselenggarakan dalam suasana ”prihatin”. Itu merupakan bentuk solidaritas atas kondisi yang tengah berlangsung di Palestina.
Untuk itu, dalam KTT kali ini, panitia tidak menyediakan agenda wisata ke berbagai lokasi di ibu kota. Sesuatu yang biasanya jamak disediakan panitia sebuah konferensi internasional.
Di KTT kali ini, aktivitas peserta hanya berlangsung di hotel dan lokasi. ”Tidak ada ekskursi bagi para peserta. Kita sedang menunjukkan keprihatinan atas Palestina,” ujar salah seorang pejabat panitia.
Karena itu pula, begitu acara KTT selesai hari ini, para kepala pemerintahan dijadwalkan langsung terbang meninggalkan Indonesia malam harinya. Atau selambatnya besok.
Jadilah kemudian promosi konferensi tersebut berlangsung ”bersahaja”. Tapi, itu sama sekali tak berarti penyelenggaraan menjadi ”ala kadarnya”. Sebagai tuan rumah, Indonesia tetap memberikan pelayanan maksimal.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan