Data Satelit untuk Akurasi Pemetaan

“Kita berpikir, kalau kita ingin mengejar peta representatif, maka akan sampai kapan? Ini membutuhkan waktu sangat lama. Di lain pihak, investasi atau kebutuhan di lapangan sudah sangat cepat,’’ tukasnya.

Karena itu, maka tenologi memungkinkan untuk ini, menghadirkan peta dengan skala 1:5.000. Ini bisa memenuhi kebutuhan kita dari citra lanskap untuk kemudian diturunkan jadi peta dasar atau peta tematik,” kata Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Jawa Barat periode 2011-2015 tersebut.

Sementara itu, Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Orbita Roswintiarti menjelaskan, data satelit yang dihasilkan melalui penginderaan jauh memiliki sejumlah keunggulan dibanding peta konvensioal.

Citra satelit mampu menampilkan area lebih luas, konsistensi data, mendekati kenyataan (near-real time), dan relatif murah.

“Kalau kita menurunkan sepuluh orang peneliti atau perekayasa, bukan tidak mungkin akan menghasilkan 10 data berbeda. Nah, data satelit ini konsisten. Tidak akan berubah-ubah. Data satelit yang dihasilkan di stasiun bumi dalam waktu singkat bisa dikirim ke Jakarta untuk kemudian ditampilkan di website Lapan. Ini lebih cepat sekaligus murah dibanding pengukuran konvensional,” tutup Orbita. (yan/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan