SMK Lebih Siap untuk Unas Berbasis Komputer

BANDUNG – Ujian Nasional (Unas) berbasis komputer tengah menjadi program terbaru dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Dasar dan Menengah (Kemendikbud-Dasmen). Sebanyak 500 sekolah menyatakan siap menjalankan program ini. Namun, mayoritas adalah SMK yang siap.

Hal itu dijelaskan Menteri Anies Baswedan saat berkunjung ke Bandung belum lama ini. Program ini baru ujicoba. Sebab, belum semua sekolah siap melaksanakan sistem Unas berbasis komputer ini.

’’Setelah ujicoba baru kemudian diolah. Kenapa disebut computer base, itu penting untuk ke depan,’’ jelas Anies di kawasan Asia Afrika Bandung.

Menurut pria asal Kuningan ini, SMK lebih siap karena dari segi fasilitas sekolah lebih lengkap. Pihaknya sengaja melakukan ujicoba terlebih dahulu supaya tidak terjadi seperti penerapan kurikulum tahun lalu. ’’Pengalaman kemarin, kurikulum nggak diujicoba langsung diterapkan di seluruh Indonesia. Kita tidak mau melakukan kebjiakan baru tanpa ada ujicoba,’’ kata dia.

Dia juga mengimbau sekolah-sekolah supaya tidak memaksakan diri melaksanakan program ini. Sebab, sarana dan prasarana sekolah harus sudah lengkap. Seperti, perangkat komputer, jaringan internet, kesiapan pengajar, dan lain-lain. ’’Dan sekali lagi, sekolah yang menyatakan bersedia ikut aja. Kalau yang nggak, ya nggak akan dipaksa,’’ tandasnya.

Terpisah, Sekjen Kemendikbud Ainun Na’im mengatakan, dalam metode Unas yang baru hasilnya lebih dirinci satu per satu sehingga dapat mengetahui kemampuan siswa. ’’Kalau siswa kemampuannya di mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, akan tergambar jelas. Karena pelaporannya dalam bentuk diagram dan diberi catatannya juga,’’ kata Ainun belum lama ini.

Dengan metode Unas baru ini, sambungnya, siswa juga diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil ujiannya dengan melakukan tes lagi. Itu sebabnya pelaksanaan UN dimajukan 13 April untuk memberikan kesempatan siswa melakukan perbaikan bagi yang capaiannya kurang.

’’Metode UN baru memberikan otonomi kepada sekolah untuk kelulusan. Ini akan mengubah perilaku negatif siswa, kecurangan, distress, pembelajaran tidak tuntas,’’ tandasnya.

Di sisi lain, PTN akan lebih mudah memetakan calon mahasiswanya. PTN mempunya otoritas dalam menentukan berapa standar akademis dari calon mahasiswanya. (fie/jp/tam)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan