Pemerintah Waspadai Corona Mutasi Baru

JAKARTA – Kementerian Kesehatan mewaspadai munculnya virus corona mutasi baru. Kekhawatiran itu muncul terkait rencana evakuasi 74 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal di kapal pesiar Diamond Princess.

Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Achmad Yurianto mengaku khawatir para WNI di kapal Diamond Princess terpapar virus corona mutasi baru.

“Dilihat dari tren penyakitnya seperti apa yang terjadi di China, maka kelompok ini dikhawatirkan munculnya mutasi baru dari Covid-19,” katanya di Jakarta, Jumat (21/2) lalu.

Dijelaskannya, dari beberapa referensi yang dibaca termasuk pemantauan situs milik badan kesehatan dunia atau WHO menunjukkan seseorang positif terpapar virus corona namun gejala klinisnya makin ringan.

“Bahkan beberapa dilaporkan tanpa gejala. Positif tanpa gejala,” ucapnya.

Hal ini menandakan, gejala medis dari penyakit tersebut sudah bergeser menjadi seperti flu biasa. Kondisi itu saat ini menjadi perhatian WHO yang kemudian kewaspadaan harus makin ditingkatkan.

Dampaknya, kebijakan karantina terhadap penderita diperpanjang hingga 28 hari yang sebelumnya hanya 14 hari. Apalagi, temuan di China keluhan baru muncul pada hari ke 20.

“Data di China juga ada yang baru muncul keluhannya di hari ke-20. Ini baru akhir-akhir ini dan kebanyakan di luar Hubei. Tetapi kebanyakan lewat 14 hari baru muncul gejalanya dengan gejala yang minimal,” katanya.

Karena itu, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Sebab gejalanya baru muncul setelah 14 hari meskipun gejala klinis jauh lebih ringan.

Dia pun menegaskan para WNI di kapal pesiar itu akan menjalani masa inkubasi lebih lama dibandingkan WNI yang sudah menjalani observasi di Natuna beberapa waktu lalu.

“Khusus untuk kapal yang di Jepang kita membuat kebijakan proses observasi selama dua kali inkubasi,” ujar dia.

Ia menjelaskan apabila para WNI tersebut sudah kembali ke Indonesia maka akan dilakukan pemeriksaan ulang. Baik secara fisik maupun virus yang mungkin saja terdapat di tubuh mereka.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan virus corona atau COVID-19 tak seganas MERS atau H5N1 (flu burung). Dijelaskannya, umumnya pasien yang meninggal karena COVID-19 kebanyakan bukan karena virus tapi oleh komorbid atau penyakit penyerta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan