Jaring Apung Waduk Mulai Ditertibkan

BANDUNG – Banyaknya keramba yang ada di waduk-waduk di Jabar di khawatirkan akan membuat sedimentasi air dan kualitas air waduk semakin parah. Sehingga, keberadaannya harus ditertibkan.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat baru-baru ini menertibkan keramba jaring apung (KJA) di tiga waduk. Ketiganya yakni Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.

Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jabar Dede Suhendar mengatakan, upaya penertiban merupakan bagian program Citarum Harum. Saat ini, DKP gencar mencari solusi agar para petani ikan di tiga waduk tersebut tetap produktif.

”Kan sekarang moratorium dulu dihentikan dulu, tapi kalau itu memang ditertibkan pasti akan berkurang,” ujar Dede Minggu, (8/4).

Dede mengatakan, di satu sisi adanya KJA pada tiga waduk tersebut menguntungkan, ka­rena produksi ikan menjadi tinggi. Di sisi lain, berdasarkan hasil kajian kondisi kualitas air di waduk tersebut berpengaruh kepada kualitas ikan.

Dede mencotohkan, dengan ditertibkannya KJA di Waduk Cirata pun menujukan ada penurunan pada kuantitas hasil produksi. ”Dan sekarang kita harus mencari solusi me­reka itu (petani) harus ada solusi bukan hanya mener­tibkan saja,” katanya.

Dia menuturkan, pihaknya sedang menyusun konsep alih usaha agar para petani KJA di tiga waduk tersebut mampu tetap melakukan budidaya ikan. Dede berharap pilot projek upaya tersebut dapat berlangs­ung di tahun 2019 ini.

”Mungkin tadinya dari wa­duk kita alihkan ke darat, budidaya dengan teknologi, seperti budidaya (ikan) lele dengan menggunakan kolam plastik atau biofolk,” katanya.

Potensi budidaya ikan di Jawa Barat sangat besar. Khu­susnya, air tawar. Berdasarkan data produksi budidaya pem­besaran menurut cabang usah tahun 2017, budidaya ikan di Jabar mencapai sekitar 1.160.747 ton. Itu terbagi dari 121.558 ton jaring apung tawar, 168 ton tancap tawar, 232 ton karamba, 998 ton air deras, 775.251 ton air tenang, 450 ton laut, 34 ton minapadi, 771 ton intensif, 2.831 ton tambak sederhana dan 258.451 ton semi intensif.

Saat ini, kata dia, Tasikmalaya menjadi daerah tertinggi yaitu dengan jumlah 180.295 ton. Diikuti Kabupaten Bogor 142.805 ton dan Indramayu 114.780 ton. ”Potensi kita di budidaya itu besar terutama di budidaya air tawar,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan