Ekraf Jadi Contoh untuk Daerah Lain

JAKARTA – Keberadaan ekonomi kreatif (Ekraf) di Jawa Barat (Jabar) terus tumbuh secara progresif. Hal ini dikatakan Gubernur Jabar M. Ridwan Kamil ketika menjadi pembicara pada kegiatan sosialisasi Perpres Nomor 142 Tahun 2018 tentang eencana induk pengembangan ekonomi kreatif (Rindekraf) Nasional Tahun 2018-2025 di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (15/7).

Emil-demikian Ridwan Kamil disapan-mengatakan, pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat berkomitmen untuk terus mengembangkan ekraf Jawa Barat. Komitmen tersebut tercermin dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Ekonomi Kreatif dan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Kekayaan Intelektual.

“Masa depan kita ada pada ekonomi imajinasi, ekonomi yang hadir karena adanya kreativitas,” jelas Emil kepada wartawan ketika ditemui usai acara.

Dia mengatakan, ekraf menjadi bagian utama dalam proses pembangunan di Jawa Barat. Dia pun menyatakan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi penyumbang ekspor ekraf pada 2016, yaitu sebesar 31,96 persen.

Selain itu, kata Emil, Jawa Barat menjadi salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) di bidang ekraf terbesar, yakni 11,81 persen atau tertinggi ketiga setelah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 16,12 persen, dan Bali sebesar 12,57 persen.

Berbagai komoditas ekraf berkembang di Jawa Barat. Misalnya Game Developer, seni pertunjukan, film, musik, fotografi, desain komunikasi visual, kriya keramik, kerajinan rotan, kerajinan tangan, fashion, batik, bambu, dan banyak komoditas lainnya.

Apalagi, kata Emil, Pemdaprov Jawa Barat tengah mengembangkan beberapa program unggulan seperti One Village One Company (OVOC) maupun One Pesantren One Company (OPOC).

Menurutnya, kedua program tersebut akan bergerak di bidang industri kreatif. Bahkan, di tingkat desa sudah dikembangkan esteem tourism, dan desa wisata. Untuk pesantren difokuskan kepada pengelolaan produk kerajinan khas di wilayahnya.
Ada juga yang mengembangkan produk kuliner dan produk furnitur bernilai seni.

Dengan program tersebut, lanjut dia sebanyak 530 desa di Jawa Barat berubah status dari desa berkembang menjadi desa maju. Artinya, banyak desa yang mampu mengoptimalkan dan mengelola sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan