Alunan Ayat Suci dari Huruf Braille

Yayasan Raudlatul Makfufin menjadi rumah para tuna netra menempuh pendidikan agama. Di sana, para santri membaca Alquran menggunakan abjad braille. Yayasan ini juga melahirkan karya berupa Alquran braille yang menggunakan sistem komputerisasi pertama di Indonesia.

KHANIF LUTFI- Tangsel

Puluhan pria tengah meraba kertas kosong dari sebuah lembaran tebal di mejanya. Tangan mereka menyentuh lubang kecil. Lubang itu timbul, terasa kasar saat diraba.Lubang itu membentuk titik-titik yang memilik padanan yang unik. Seperti sandi braille. Huruf yang diciptakan Louis Braille, seorang ahli pendidikan asal Prancis. Kode titik yang berasal nama penciptanya membuat orang buta bisa membaca.

Namun titik-titik itu tidak mengeluarkan kalimat latin, melainkan kalam ilahi. Para pria tersebut tengah membaca Alquran braille. Mereka adalah santri Yayasan Raudlatul Makfufin atau biasa disebut Taman Tunanetra yang berlokasi di bilangan Jalan H. Jamat, Gang Masjid No 10 A, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Ayat suci dilantunkan cukup lantang oleh para santri. Mereka hanya cukup meraba baris demi baris lubang itu. Jari mereka bergerak dari kiri ke kanan. Sesekali berhenti dan terus melanjutkan bacaanya.

Ini kurang panjang harakatnya, ujar Nur Kholiq kepada salah satu santri. Ustad Nur-sapaan para santri kepadanya- tampak mengawasi pengajian sambil tetap meraba baris lain, dia juga mengingatkan tajwid lokasi titik yang dibaca tadi. Selain membaca, ada pula santri yang menghapal surah Alquran. Sesekali wajah mereka rekatkan Alquran agar fokus dengan hapalan.

Pengajian dilakukan sejak pagi hingga siang menjelang adzan zuhur. Saat salat tiba, para santri meninggalkan meja dan melangkah ke luar ruangan, mereka saling menuntun satu dengan lainnya menuju ruang wudhu.

Siang itu, Taman Tuna Netra terlihat sunyi. Pepohonan rindang menutupi sebagian halaman pesantren. Usai menjalankan ibadah salat zuhur, para santri dituntun menuju ruang makan. Sesekali terdengar suara canda para santri menuju meja makan.

Ustad Nur mulai bercerita berdirinya pesantren tersebut. Selain menjadi lembaga pendidikan agama, pesantren ini juga memiliki percetakan Al Quran braille. Dalam sehari, Yayasan Raudhatul Makfufin mampu mencetak sekitar 3 sampai 4 set Al Quran.

Tinggalkan Balasan