Senyum Seorang Guru

SENYUM itu indah dan memperindah wajah, karena wajah yang tersenyum mencerminkan perasaan yang tenang. Senyum itu ibadah yang paling mudah dilakukan, tetapi mampu menyempurnakan kemuliaan akhlak. Senyum adalah kecantikan yang lahir dari hati dan jiwa, anugerah yang bisa menenangkan perasaan, menyejukkan dan menentramkan hati yang gelisah. Senyuman merupakan kosmetika wajah yang paling tulus dan berharga, tidak perlu dibeli dan bisa dipakai setiap saat, tidak menimbulkan iritasi dan menghambat penuaan dini secara alami.

Senyum merupakan tanda awal ketulusan hati yang lebih berharga dari sebuah hadiah. Tersenyum bisa menghadirkan energi positif bagi diri sendiri dan orang lain. Tentu saja senyum yang dimaksud ialah senyum yang wajar, bukan senyum yang dibuat-buat. Senyum tulus yang lahir dari kelapangan dan kebersihan hati dan keikhlasan jiwa. Menjadi bukti kemurnian persahabatan dan tanda ketulusan cinta. Membuat wajah kita terlihat berseri dan kecantikan alamiah kita terpancar secara maksimal. Wajah cantik tanpa senyuman, tidak sedap dipandang mata. Riasan wajah yang mahal dan apik tampak biasa tanpa senyuman. Senyuman bisa mengubah penderitaan menjadi kegembiraan, menciptakan suasana nyaman bagi diri sendiri dan orang lain.

Begitu berartinya sebuah senyuman dalam kehidupan hingga Rasulullah SAW bersabda “Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah”. Hadits ini mengajarkan kita betapa hal kecil yang sering kita nggap sepele dan kita abaikan ternyata memiliki nilai yang berharga dalam pandangan agama.

Seorang guru harus mampu menghiasi dirinya dengan senyuman yang tulus dan jujur. Senyum yang ditandai dengan wajah yang berseri, gerak lidah yang sederhana dan tatapan mata yang indah memesona memancarkan cahaya. Inilah pentingnya sambutan yang diberikan guru kepada anak didiknya setiap hari. Anak didik menginginkan gurunya bisa membuka pembelajaran dengan wajah berseri dan senyuman yang merekah. Kemudian menutup kegiatan pembelajaran dengan wajah berseri dengan senyuman manis serupa.

Banyak guru yang telah berusaha memenuhi harapan anak didik ini, tampil dengan wajah berseri dan senyuman manis serta guyonan atau candaan yang benar sebagai pemanis dan hiasan pembelajaran. Dia berusaha menciptakan suasana yang nyaman, ceria dan gembira sehingga membuat anak didik betah berlama-lama dalam kelas bersama gurunya. Namun, tak jarang juga ada guru yang mengabaikan hal penting ini. Mengajar dengan wajah yang biasa, sangat sulit untuk tersenyum, kaku dalam pengajaran, serius tanpa ada selingan yang menghibur, menjadikan suasana kelas tegang, berat dan membosankan. Sehingga anak didik berharap agar pertemuan tatap muka itu segera berakhir.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan