Rekrut Artis, Pengamat: Bukti Parpol Pragmatis

BANDUNG – Pengamat politik Muradi menilai banyaknya partai politik menggaet artis untuk jadi bakal calon legislatif merupakan fenomena kemalasan.

Selain jadi fenomena kemalasan menurut ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran Bandung itu banyaknya artis jadi Bacaleg juga menguatkan adanya pragmatisme partai politik. Terutama, kata dia, demi memperoleh suara sebanyak-banyaknya, dan lolos dari ambang batas parlemen (parliamentary threshold).

”Fonomena caleg artis, sebenarnya bukan salahsatu kegagalan partai dalam kaderisasi. Tetapi lebih tepatnya, partai politik cenderung malas dan pragmatis. Karena, betapapun partai politik yang ada tetap melakukan langkah dan kaderisasi politik. Namun, realitas yang menguat dari hasil pengkaderan tersebut tidak cukup mampu menjangkau target politik yang ada (khususnya ambang batas parlemen),” tutur Muradi pada Jabar Ekspres kemarin (22/7).

Sehingga, partai politik rerata mengambil jalan pintas dengan banyak mengusung para artis dan figur yang dikenal publik dengan mengabaikan ideologi dan platform partai menjadi bagian dari yang dilakukannya demi tercapainya salah satunya ambang batas parlemen.

”Karena bagaimanapun juga pengaruh artis atau figur dalam kontestasi politik, aspek dikenalnya oleh masyarakat menjadi pintu masuk bagi kemungkinan dipilih dan sangat berpengaruh terhadap tingkat elektoralnya,” jelas Muradi.

Artinya dengan mengusung bakal calon legislatif artis terang Muradi, partai politik setidaknya tidak terlalu sulit mendekati calon pemilih untuk memastikan pilihannya. Sisanya, tinggal bagaimana tawaran program yang diajukan oleh bacaleg artis tersebut.

”Jika dianggap baik, maka calon pemilih akan memilih bacaleg artis yang diusung oleh partai politik,” terangnya.

Jadi, sebut dia, tidak dapat dipungkiri bahwa menggaet artis sangat besar pengaruhnya kepada penyamapaian esensi partai dan programnya terutama tingkat perolehan suara. Namun demikian, kemudahan ini pada konteks tertentu membuat partai politik mendapatkan berlipat keuntungan karena peluang dipilihnya besar dibandingkan dengan partai lain yang bisa saja mengusung figur yang tidak dikenal publik pemilihnya. Namun di sisi lain, ada kemalasan dan kegagalan partai politik menjalankan peran dan fungsinya secara efektif dalam rekruitmen dan kaderisasi.

”Dan ini adalah bagian yang harus dicermati secara serius oleh publik dalam mempertimbangkan kemungkinan tidak memilih partai yang malas melakukan kaderisasi dan rekrutmen dan memilih jalan pintas dg mengusung artis sebagai caleg,” ungkapnya. (mg2/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan