Minta Dibawakan Batik dan Cemilan Kampung

Lima bulan sebelum Tuti Tursilawati sebelum menjalani hukuman mati, ibundanya sempat berkunjung ke penjara tempat dia ditahan di Arab Saudi.

TUTI demikian dia disapa, seorang TKI kelima yang dihukum mati di Arab Saudi tanpa notifikasi, satu hal yang diprotes pemerintah Indonesia.

Bagi pihak keluarga, eksekusi ini meninggalkan duka yang mendalam seperti terlihat di rumah keluarga besarnya di Desa Cikeusik, Majalengka, Jawa Barat, Rabu (31/10).

Rumah bercat biru dan merah muda itu merupakan kediaman keluarga Tuti Tursilawati, tenaga kerja Indonesia yang dieksekusi mati di Arab Saudi pada Senin (29/10) waktu setempat. Di halaman rumah terdapat kursi-kursi yang digunakan untuk tahlil dan yasinan oleh warga sekitar.

Ibu Tuti, Iti Sarniti, mengatakan dirinya tak mendapatkan firasat perihal kematian anaknya. Apalagi, minggu lalu keduanya barusa saja berkomunikasi via telepon.

”Minggu kemarin telepon dengan video call … jadi tidak ada firasat apa-apa. (Ia) cerita baik-baik saja, sehat, nggak ada mengeluh sedikit pun, nggak ada. Tiap menelepon juga lancar-lancar aja,” ungkap Iti seperti diberitakan BBC Indonesia.

Laman itu pun menyebutkan jika ibunya saat ini terlihat masih syok dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap anaknya, namun dia ingin bisa segera mengunjungi makan anaknya.

”Permohonannya bisa berangkat ke sana, ziarah ke makamnya itu. Kalau kemarin dari pembicaraannya, setelah beres sampai 40 harinya dulu, menunggu saya sehat dulu, saya tenang dulu,” ujarnya.

Eksekusi hukuman mati terhadap Tuti dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu pada pemerintah Indonesia maupun keluarga.

Ia adalah WNI kelima yang dieksekusi tanpa dihukum mati Saudi tanpa notifikasi. Ini membuat salah satu pendiri Migrant Care, Anis Hidayah, yang selama bertahun-tahun melakukan pendampingan dan advokasi pada kasus Tuti, turut sedih dan prihatin.

Anis mengatakan dirinya biasanya dihubungi pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia jika ada perkembangan yang dianggap penting.

”Nah biasanya kalau urgent itu saya sudah bisa merasakan bahwa ada eksekusi,” ujar Anis kepada BBC Indonesia, Rabu (31/10).

”Makanya saya langsung tanya, Majalengka ya? Kemudian diiyakan dan saya langsung menangis lama karena kita dekat dengan keluarganya, kemudian saya merasa ibunya Tuti itu ada di pelupuk mata, jadi berat sekali,” sambungnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan