Gencar Sosialisasi Cegah Stunting

BANDUNG – Dinas Kesehatan Jawa Barat (Dinkes Jabar) mencatat se­cara umum stunting di Jawa Barat berada pada posisi sedang tapi cen­derung meningkat.

Saat ini, angka prevalensi stunting terakhir yang tercatat di Jawa Barat ada­lah 29,2 persen dan hampir mencapai cut off atau tinggi di angka 30-40 persen.

Sebagai antisipasi meningkatnya angka stunting di Jawa Barat, Dinkes Jabar terus melakukan sosialisasi dan juga memberikan ekukasi kepada semua pihak. Sebab, meski pening­katan dinilai tak terlalu signifikan, tapi menyangkut permasalahan kese­hatan, sedikit pun harus diwaspadai.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Jabar, Sri Sudar­tini menyebut pencegahan dinilai penting dilakukan sejak dini karena ketika balita telah mengalami stunting dipastikan akan gagal tumbuh.

Menurutnya, ada tiga permasalahan yang menjadi penyebab stunting, yakni pola asuh, pola makan serta sanitasi dan tentunya harus menjadi penyelesaian bersama.

Menurutnya, pemerintah memang berkewajiban, tapi harus ada dukungan masyarakat. Sebab, kesuksesan pe­merintah ketika ada dukungan dari masyarakat dan semua pihak, ter­masuk akademisi, organisasi masy­arakat, tokoh agama dan lain-lain.

Menurutnya, edukasi yang paling penting diberikan pada masyarakat adalah pencegahan karena stunting berawal dari seorang ibu hamil.

Dia mengatakan, seorang ibu harus tetap dalam keadaan sehat hingga melahirkan. Selain itu, tenaga dan fasilitas kesehatan pun harus terjamin hingga usia dua tahun agar ibu me­lahirkan bayi yang sehat.

’’Yang harus dilakukan seorang ibu hamil adalah menjaga pola makan dan tidur yang cukup serta mengkon­sumsi makanan yang bergizi,’’kata dia.

Sri mengatakan, seorang ibu hamil juga harus senantiasa memeriksakan kehamilannya sebanyak empat kali dalam masa kehamilan. Setelah me­lahirkan, lanjut dia, ibu harus mem­berikan Air Susu Ibu (ASI) sesegera mungkin karena ASI dinilai membe­rikan peran penting dalam pencega­han stunting, termasuk ASI eksklusif selama enam bulan.

Setelah enam bulan sampai 24 bu­lan, kata Sri, ibu harus memberikan makanan pendamping ASI yang me­menuhi syarat. Dia juga mengimbau para ibu agar jangan terlalu buru-buru memberikan makanan yang tak di­peruntukkan bagi anak usia 7-24 bulan karena dinilai akan menjadikan permasalahan kesehatan lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan