Mainkan Imajinasi Penonton

bandungekspres.co.id, BUAH BATU –  Teater Satu dan Komunitas Berkat Yakin (Kober) asal Lampung menggelar karya pertunjukan di Gedung Sunan Ambu, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Selasa (10/1) malam. Teater Satu mementaskan lakon berjudul Kursi-kursi karya Eugene Ionesco hasil Terjemahan Yudiaryani dengan sutradara Iswadi Pratama. Sementara Kober membawakan lakon Pilgrim Project karya sutradara Ari Pahala Hutabarat.

Pementasan teater itu diselingi diskusi dengan menghadirkan Ahmad Yulden Erwin, kritikus sastra asal Lampung yang akan mengulas pertunjukan Pilgrim maupun Kursi-kursi. Sutradara Iswadi Pratama mengatakan, mereka akan membawakan lakon Kursi-kursi dengan pendekatan yang berbeda.

Lakon yang dalam naskah aslinya hanya dimainkan oleh dua orang tersebut dibuat menjadi lima fragmen. Fragmen 1 hingga 4, dimainkan masing masing dua orang, sedangkan fragmen 5 dimainkan empat pasang karakter ditambah seorang juru cerita. Fragmen-fragmen itu, dihadirkan seperti sebuah puzzle yang meminta peran penonton untuk menyusun dan menatanya kembali.

Iswadi mengatakan, pendekatan baru itu dipilihnya untuk mengutamakan imajinasi dan fantasi penonton. Dengan begitu ada lompatan atau kejutan yang tetap terkait dengan cerita naskah. Lakon itu dianggapnya seperti sebuah permainan dan cara untuk terus menerus mengelak dari batas yang tertutup dan defenitif. ”Sebuah absurditas yang masih memberi tempat bagi harapan atau kemungkinan,” ujarnya.

Lakon yang membincangkan tema mengenai sejarah Prancis (juga Eropa dan umumnya negara Barat) pasca perang dunia ke II, hingga ke masalah yang sangat intim dalam bingkai absurditas ini, dikemas dengan memadukan pola-pola acting naturalisme Stanislavski, ekspresionisme, irama pantomim, tarian, dan komedi fisik. Selain itu, juga musik dan lagu dari berbagai khasanah kebudayaan.

Pertunjukan dimainkan dalam bahasa Indonesia dengan memadukannya dengan semacam racauan untuk mempertajam efek absurditas. Dengan cara seperti ini, diharapkan pertunjukan yang kami suguhkan bisa membias ke konteks yang lebih luas. Selamat menyaksikan.

Ketika ditanya tentang pendekatan artistiknya, Iswadi menyebut, teks (naskah kursi-kursi) ini seperti memainkan sebuah puzzle. Di mana setiap peristiwa, gagasan, atau karakter bisa dipindah-pindah ke berbagai arah dan posisi. Dengan cara itulah struktur pertunjukan disusun. Distribusi peristiwa, gagasan, dan karakter ini tidak mengikuti cara berpikir logic-linier: Melainkan lebih bersandar pada imajinasi dan fantasi. Sehingga selalu ada lompatan atau ketakterdugaan yang sering tak bisa dijelaskan alasannya-meski ia tetap saling terpaut (terstruktur).

Tinggalkan Balasan