Mainkan Imajinasi Penonton

”Demikian saya membangun situasi Absurd dalam pertunjukan ’kursi-kursi’. Ia sebuah game, suatu permainan, sebuah cara untuk terus menerus mengelak dari ’batas’ atau akhir yang tertutup dan defenitif. Sebuah absurditas yang masih memberi tempat bagi harapan (kemungkinan),” ujar dia.

Sementara Ari Pahala Hutabarat atau yang kerap disapa Ari, sutradara dan sekaligus Ketua Kober Lampung mengatakan, pertunjukannya berpijak dari pemikiran Theatron sebagai tempat untuk ’melihat’, tempat untuk ’menyaksikan’ dan menjadi ’saksi’ atau syahadah.

”Untuk melihat hal yang tak terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melihat laku yang lebih dalam, intens, organik sekaligus arketipal, yang muncul bukan sekadar dari pikiran dan emosi personal. Untuk melihat topeng, Persona, dikelupas dari wajah para aktor. Tempat untuk melihat kenyataan yang jadi transparan. Langit yang membuka pintunya bagi bumi. Lokus bagi tangga Jacob” terangnya.

Selanjutnya Ari memaparkan, bahwa teks Pilgrim atau teks lain menjadi sarana bagi aktor untuk menaiki tangga Jacob, yang terpancang di Theatron, sekaligus di tubuhnya. Sedangkan akting adalah usaha untuk mendaki tangga tersebut, Mikraj, dan menemukan, bukan yang lain, melainkan Aku-nya, yang primordial sekaligus universal. Pementasan- adalah Laku yang selalu terasa sunyi, tempat di mana para aktor terus-menerus berujar pada keangkuhan kognisinya. ”Aku lah hamba, cermin, yang terpantul selarik, hilang sebukit,” (fik)

Tinggalkan Balasan