Erlangga Esa Laksmana, 22 Tahun Bertualang di Dalam Gua

Tidak banyak yang berprofesi pemeta gua di Indonesia. Salah seorang yang sedikit itu adalah Erlangga Esa Laksmana. Saking asyiknya keluar masuk gua, tak terasa sudah 22 tahun dia menekuni profesi itu.

GLORIA SETYVANI, Jogjakarta

LIMA pria yang mengenakan pakaian coverall berjalan beriringan. Di kepalanya terpasang helm yang dilengkapi lampu. Sambil membawa sejumlah alat mendaki seperti tali, sarung tangan, dan tas ransel, mereka menuju Gua Pule Jajar di Desa Japitu, Girisubo, Gunungkidul, Jogjakartab.

Mereka tangkas. Matanya awas. Dengan gerakan cepat, mereka berbagi tugas. Ada yang menuruni gua dengan bergelantungan tali, ada yang menyiapkan peralatan pemetaan, serta ada yang memberikan instruksi dan berjaga-jaga di titik pemetaan.

Setelah itu, mulailah mereka menyusuri salah satu gua di kawasan karst Gunung Sewu tersebut. Meski katanya kawasan karst berfungsi sebagai tandon air di daerah sekelilingnya, Gunungkidul hingga saat ini menjadi salah satu wilayah yang kesulitan air di permukimannya. Nah, para penjelajah gua itu punya peran penting dalam mencari gua-gua yang berpotensi menjadi ”sumber mata air” bagi daerah sekelilingnya.

Misalnya, yang dilakukan Erlangga Esa Laksmana. Pria 43 tahun yang tergabung di organisasi KPALH (Kelompok Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup) Setrajana Fisipol UGM dan Acintyaçunyata Speleological Club (ASC) itu telah menjadikan pemetaan gua sebagai profesi hidupnya. Sudah ratusan gua di Indonesia yang dimasuki dan dipetakannya. Mulai gua-gua di Pulau Sumatera hingga gua-gua di Indonesia Timur.

Gunungkidul termasuk kawasan yang menyimpan banyak lubang besar di ceruk-ceruk pegunungannya. Jumlahnya, kata Esa, bisa mencapai puluhan. Salah satunya Gua Pule Jajar.

”Sebenarnya gua ini sudah kami petakan beberapa tahun lalu, tapi sampai sekarang belum selesai,” kata Esa saat dijumpai di Fakultas Ilmu Budaya UGM pertengahan Oktober lalu.

Sejauh ini, tim ASC telah menemukan sungai bawah tanah dan air terjun setinggi 5 meter di Gua Pule Jajar. Gua itu memiliki mulut lorong yang tegak vertikal. Panjang lorongnya mencapai lebih dari 1.300 meter. Dengan kedalaman dan jenis gua seperti itu, menurut Esa, gua Pule Jajar tidak layak untuk wisata. Namun, lebih cocok untuk sumber air bagi kehidupan di atas gua yang gersang.

Tinggalkan Balasan