Usulkan Darurat Kekeringan

NGAMPRAH – Musim kemarau panjang yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan dan sulitnya mendapatkan air bersih. Hal ini diperkuat dengan data dari Badan Meteoroligi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan, musim kemarau di tahun 2015 ini lebih parah dibandingkan dengan tahun 1997 lalu. Puncaknya, kemarau akan terjadi hingga bulan November dan Desember mendatang. Hal tersebut diungkapkan Sekda Kabupaten Bandung Barat Maman S Sunjaya kepada wartawan ditemui di ruang kerjanya di Ngamprah kemarin (14/9).

sawah kekeringan
FAJRI ACHMAD NF / BANDUNG EKSPRES
KERING: Komar, 58, mengecek kawasan sawahnya yang gagal panen di Kampung Babakan Sayang, Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (13/9).

Menurut Maman, atas dasar itu, membuat Kabupaten Bandung Barat diusulkan berstatus darurat kekeringan. Hasil rapat koordinasi (rakor) dengan jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang digelar pada Senin 14 September 2015 yang langsung dipimpin oleh Sekda Kabupaten Bandung Barat Maman S Sunjaya serta dihadiri oleh Kepala Pelaksana BPBD KBB Rony Rudiana dan juga para camat, menghasilkan bahwa saat ini Kabupaten Bandung Barat diusulkan darurat kekeringan. ”Kita mengadakan rakor untuk mengamati bersama, terkait status perkembangan kekeringan akibat kemarau panjang yang terjadi saat ini,” ungkapnya.

Lebih jauh Maman menjelaskan, kekeringan yang terjadi saat ini akibat dari efek Elnino. Dimana efek Elnino juga terjadi di sejumlah negara lainnya seperti di Tiongkok. Tentu, Pemkab Bandung Barat harus melakukan antisipasi dan langkah-langkah yang cepat agar penanganan kekeringan di seluruh kecamatan dapat diantisipasi semaksimal mungkin. ”Kita usulkan saat ini di Kabupaten Bandung Barat berstatus darurat kekeringan. Kita akan sampaikan kepada pak bupati,” ungkapnya.

Darurat kekeringan ini, lanjut Maman, bukan hanya terjadi di wilayah barat dan selatan. Wilayah utara seperti Lembang, Cisarua dan Parongpong yang memiliki resapan air dan mata air cukup tinggi, juga mengalami kekeringan di sebagian wilayah utara.

Akhirnya, sejumlah masyarakat merasakan krisis air bersih. Berdasarkan laporan dari bulan Agustus-September 2015, masyarakat yang terkena krisis air ada di 9 kecamatan, 22 desa, 86 RW yang telah melaporkan krisis air bersih. ”Wilayah yang terkena krisis air bersih tersebut dihuni 13.872 KK atau 36.924 jiwa,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan