Daya Beli Warga Menurun

[tie_list type=”minus”]Omset Pedagang Daging Ayam Anjlok[/tie_list]

SOREANG – Sejumlah pedagang daging ayam masih mengeluhkan daya beli masyarakat yang kian menurun belakangan ini. Salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Soreang, Taufik hidayat, 25, mengaku, sangat resah menghadapi kondisi tersebut.

Dia menjelaskan, pascamogok jualan beberapa pekan lalu, harga daging ayam memang terus menurun. Harga sekarang sudah harga jual Rp 30.000/kg. Untuk ayam filet sekitar Rp 34.000–Rp 35.000/kg. Dari harga saat itu mencapai Rp 40.000/kg.

Taufik mengaku, omsetnya kian melemah saat ini. Jika sebelum lebaran bisa menghabiskan sampai 500 kg daging ayam per harinya. Namun, saat ini dia hanya mampu menghabiskan 75 kg per hari. ’’Itupun kalau lagi ramai ya. Kalau sepi paling cuma 50 kg saja,’’ terang dia.

Menurut Taufik, sebenarnya jumlah langganannya hanya sedikit berkurang. Bahkan cenderung tetap. Tapi, yang menjadi penyebab turunnya omset adalah karena para pelanggan justru mengurangi jumlah belanjaan mereka. ’’Kalau saya kan pelanggannya kebanyakan yang jualan bakso dan rumah makan. Tapi mereka justru mengurangi jumlah belanjaannya. Soalnya mereka juga sepi pembeli. Jadi ya beginilah,’’ ujar Taufik.

Untuk pasokan, kata Taufik, saat ini tidak ada masalah. Dia yang biasa disuplai dari Bandung mengaku tidak kesulitan mendapat stok daging ayam. Meski, mendapat harga beli lumayan tinggi sekitar Rp 25.000–Rp26.000/kg. Berbeda dengan pedagang partai besar yang biasa mengambil stok ayam hidup dari peternakan. Biasanya dihitung per ekor paling sekitar Rp 18.000–Rp 19.000 ribu. ’’Tapi, nanti ribet lagi soalnya harus motong dan ngurus ayamnya sampai bersih buat dijual,’’ papar dia.

Sementara Sugiyono, 50, salah seorang pembeli daging ayam langganan Taufik membenarkan, lesunya perekonomian saat ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Membuat masyarakat mengurangi makan daging.

Dia mengaku, penjualan baksonya pun kian menurun drastis belakangan ini. Padahal, biasanya bakso merupakan makanan favorit yang paling banyak dicari. ’’Nggak tahu kenapa? Biasanya kan laku keras tapi belakangan mah sepi. jualan teh adem ayem aja,’’ ujar Sugiyono.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan