Bertaruh Nyawa Demi Sekolah

[tie_list type=”minus”]Berusaha Keras Bantu Pelajar Meraih Pendidikan[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Di tengah gencarnya pembangunan yang dilakukan Pemkab Purwakarta, ternyata masih menyisakan sejumlah permasalahan. Terutama di Kecamatan Sukatani.

Memasuki musim penghujan, siswa sekolah di dua perbatasan antara Kecamatan Sukatani dan Jatiluhur harus bertaruh nyawa untuk bersekolah. Penyebabnya, mereka harus menyeberangi sungai selebar lebih kurang 7 meter untuk sampai ke sekolah. Parahnya, bila air meluap, maka praktis mereka tidak akan pergi ke sekolah alias libur.

Lokasi sungai antara Desa Cibinong Jatiluhur dan Desa Tajursindang Sukatani itu merupakan akses terdekat para siswa, untuk bersekolah. Masyarakat setempat bertahun-tahun lalu sudah menyampaikan hal itu, namun hingga saat ini belum juga ditanggapi.

Untuk menghindari adanya korban jiwa dari para pelajar, pihak Satuan Polisi (Satpol) Air Purwakarta menurunkan anggotanya untuk membantu para pelajar yang akan menyeberang menuju sekolahnya.

”Kami sempat membawa perahu karet untuk menyebrangkan para siswa, tapi sayang perahu karet yang kami bawa tidak bisa digunakan,” ujar Kasat Polair Purwakarta, AKP Febriyanto SH.

Penyebab tidak bisa digunakan perahu karet tersebut lantaran kondisi sungai yang banyak bebatuan. Sehingga sulit dilintasi dengan menggunakan perahu karet.

”Kami akhirnya menyiasati dengan menggunakan tali untuk menyeberangi sungai tersebut,” ujarnya.

Respons cepat yang dilakukan Satpolair tersebut sesuai instruksi Kapolres Purwakarta AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko. Dikatakannya, saat dirinya mengetahui ada kampung terisolir dan ada pelajar menyebrangi sungai, ia langsung memerintahkan Satpol Air untuk terjun ke lokasi.

”Awalnya saya perintahkan untuk menyeberangkan para siswa yang akan bersekolah menggunakan perahu karet. Namun karena banyak bebatuan di sungainya jadi perahu karet tidak bisa di gunakan,” ujar Kapolres.

Dirinya menginstruksikan agar seluruh jajaran Satpolair turun langsung. ”Meski perahu karet tidak bisa digunakan, para anggota sedapat mungkin berusaha untuk menyebrangkan para pelajar. Baik menggunakan tambang dengan pengawalan hingga menggendong para pelajar anak-anak,” katanya. (add/din/rie)

Tinggalkan Balasan