Cara Menjadikan Bekerja Sebagai Ibadah yang Berbuah Pahala

ILUSTRASI bekerja sebagai ibadah yang menghasilkan pahal. (freepik)
ILUSTRASI bekerja sebagai ibadah yang menghasilkan pahal. (freepik)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Manusia hidup di dunia hakekatnya adalah untuk beribadah kepada Allah, namun manusia juga perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhannya selama hidup.

Lalu bisakah sebuah pekerjaan menjadi ibadah yang juga menghasilkan pahala. Tentu saja bisa, bagi muslim yang cerdas, pasti akan berusaha agar setiap aktifitas yang dilakukannya bermanfaat dan bernilai pahala, termasuk bekerja.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pekerjaan kita bisa bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala, dilansir dari tulisan Arif Muhammad di laman muslim.or.id, berikut cara menjadikan pekerjaan sebagai ibadah.

1. Perhatikan saat memilih jenis pekerjaannya

Baca Juga:Tutorial Cara Dapat Uang di Aplikasi Melolo, Hasilkan Rp30.000 Dengan Ikuti Langkah IniCara Daftar Mudik Gratis KAI 2025, Cek Syaratnya dan Jadwalnya Jangan Sampai Kehabisan Kuota

Supaya pekerjaan kita bernilai pahala, maka yang dilihat pertama kali adalah pekerjaan yang dilakukan harus halal. Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

Apapun pekerjaan yang kita lakukan, walaupun pekerjaan tersebut terlihat sederhana atau dianggap rendah dan remeh oleh orang lain, selagi itu pekerjaan yang halal, maka tidak perlu gengsi dan malu.

2. Niatkan sebagai sarana untuk mencukupi nafkah keluarga

Suatu pekerjaan akan dinilai pahala jika niatnya baik dan benar. Niat yang benar mencakup bekerja untuk menafkahi diri sendiri, menafkahi anggota keluarga, bermanfaat untuk orang lain, dan memudahkan kita untuk beribadah kepada Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا أطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ وَالِدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ زَوْجَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Apa yang engkau berikan untuk memberi makan dirimu sendiri, maka itu adalah sedekah bagimu. Apa yang engkau berikan untuk memberi makan anakmu, maka itu adalah sedekah bagimu. Apa yang engkau berikan untuk memberi makan orang tuamu, maka itu adalah sedekah bagimu. Apa yang engkau berikan untuk memberi makan istrimu, maka itu adalah sedekah bagimu. Dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan pelayanmu, maka itu adalah sedekah bagimu.“ (HR. Ibnu Majah no. 2138 dan Ahmad no. 916727; lihat Shahih Ibnu Majah, hal. 1739)

0 Komentar