JABAR EKSPRES – Di balik stabilnya pasokan pupuk nasional, ada satu nama yang belakangan sering disebut sebagai sosok Ratu Pupuk Indonesia: Ninis Kesuma Adriani. Tidak banyak yang tahu, perempuan ramah berkacamata ini memegang peran besar sebagai Direktur Manajemen Risiko PT Pupuk Indonesia (Persero).
Perjalanan Ninis hingga menjadi salah satu figur penting di tubuh BUMN tidaklah singkat. Ia melewatinya dengan langkah panjang, disiplin yang keras, dan keberanian berpindah jalur karier.
Sejak muda, dunia pertanian seperti sudah terpatri dalam diri Ninis. Ia memilih menekuni bidang tersebut di kampus, menuntaskan pendidikan Sarjana Pertanian di IPB pada 1989. Tapi kariernya justru dimulai dari dunia keuangan. Bank Rakyat Indonesia, Pegadaian, hingga Permodalan Nasional Madani menjadi ladang ilmu dan pengalaman yang membentuk cara pandangnya terhadap risiko.
Baca Juga:Keppres Rehabilitas ASDP Diprotes: Benarkah Rp1,2 Triliun Kini Menggantung?Keppres ASDP Tuntas, Pemulihan Kerugian Negara Terancam Lenyap?
Kesempatan belajar ke luar negeri datang ketika ia meraih beasiswa dari BRI untuk melanjutkan studi bidang Finansial dan Pemasaran di The State University of New York pada tahun 2000. Bekal ini kelak menjadi fondasi kuat saat dirinya berhadapan dengan kompleksitas industri pupuk.
Pertanian akhirnya “memanggilnya pulang”. Ninis menerima tawaran bergabung dengan Pupuk Indonesia–sebuah langkah yang “mengembalikan” dirinya ke dunia yang dulu ia tekuni di bangku kuliah.
Masuk ke industri manufaktur yang penuh dinamika dan maskulin menjadi tantangan baru. “Framework manajemen risikonya berbeda total dengan perbankan,” ungkapnya. Tetapi perbedaan itu justru membentuknya menjadi pemimpin yang adaptif.
Bagi Ninis, belajar adalah pekerjaan yang tak pernah selesai. Ia tak ragu mengakui bahwa transisi tersebut sulit, namun justru di situlah ia menemukan ruang untuk berkembang.
Posisi Direktur Manajemen Risiko menempatkannya di pusat denyut industri pupuk nasional. Dari meja kerjanya, ia memastikan produksi berjalan lancar, distribusi aman, dan ketahanan pangan tidak terganggu gejolak apa pun.
Perannya krusial. Setiap keputusan berpengaruh langsung pada para petani dan keberhasilan Indonesia menjaga ketersediaan pangan. Karena itulah ia sering disebut sebagai “Ratu Pupuk Indonesia” — bukan karena gelar, melainkan karena konsistensinya menjaga keseimbangan yang sangat strategis.
