Kasus Chikungunya Meningkat di Bandung Barat, Warga Diminta Waspada

Ilustrasi: Nyamuk aedes aegypti. Dok Pixabay
Ilustrasi: Nyamuk aedes aegypti. Dok Pixabay
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Kasus chikungunya kembali meningkat di Kabupaten Bandung Barat (KBB) seiring masuknya musim pancaroba.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat hingga 21 November 2025, sedikitnya 137 warga terinfeksi penyakit chikungunya.

Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Kesehatan KBB, Nurul Rasihan, mengatakan lonjakan kasus tersebut terutama muncul di wilayah berpenduduk padat yang memiliki persoalan sanitasi dan lingkungan lembap.

Baca Juga:Hari Guru 2025, Akademisi Psikologi: Dedikasi Guru Adalah Pondasi Kemajuan BangsaSambut Tahun Baru 2026, Ibis Bandung Pasteur Hadirkan Paket Keluarga Bertema Midnight at The Sea

“Situasi ini sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor pembawa virus chikungunya,” kata Nurul saat dikonfirmasi, Selasa (25/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa tren kenaikan kasus hampir selalu berulang pada masa peralihan cuaca, terutama menjelang dan saat awal musim hujan.

Menurutnya, intensitas hujan yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir membuat populasi nyamuk berkembang lebih cepat.

“Perubahan cuaca menyebabkan lingkungan lebih lembap dan muncul banyak genangan, sehingga nyamuk lebih mudah berkembang,” ujarnya.

Ia menambahkan, pihaknya sudah meminta seluruh puskesmas di Bandung Barat untuk mempercepat pemeriksaan dan pendataan pasien yang mengalami gejala mirip chikungunya.

“Instruksi itu diberikan agar deteksi dini dapat dilakukan dan penyebaran penyakit tidak semakin meluas,” tambahnya.

Selain penguatan layanan kesehatan, Dinkes KBB mulai memaksimalkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging fokus, serta edukasi langsung ke warga melalui kader kesehatan dan perangkat desa.

Baca Juga:Sambut Liburan Akhir Tahun, Ibis Bandung Pasteur Tawarkan Christmas Eve Barbeque Dinner Mulai Rp149 RibuMcDays 2025 Hadir sebagai Ruang Berbagi untuk 1.000 Anak Yatim, Dhuafa, dan Santri

“Strategi PSN tetap menjadi garda terdepan karena hingga kini belum tersedia vaksin untuk chikungunya,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa keberhasilan pencegahan sangat bergantung pada partisipasi masyarakat. Mulai dari gerakan 3M Plus menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta tindakan tambahan seperti larvasidasi, memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan obat atau kelambu antinyamuk, dan menjaga kebersihan lingkungan yang wajib dilakukan secara konsisten.

“Kalau kesadaran warga rendah, upaya teknis yang dilakukan pemerintah tidak akan memberikan hasil maksimal,” katanya.

Nurul berharap sinergi antara pemerintah dan masyarakat dapat menekan laju penyebaran dalam beberapa minggu ke depan, terutama menjelang puncak musim penghujan.

“Kami juga mengimbau warga segera memeriksakan diri jika mengalami demam mendadak, nyeri sendi, atau gejala lain yang mengarah pada chikungunya agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat,” tandasnya. (Wit)

0 Komentar