Mereka mengusulkan program revitalisasi total terhadap pipa jalur distribusi utama yang bermasalah. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk membenahi infrastruktur yang menjadi tulang punggung distribusi air bersih ini tidak kecil, mencapai Rp30 miliar.
Namun, Fitrah menegaskan bahwa pihaknya tidak meminta suntikan dana tunai secara langsung dari kas daerah.
Yang dibutuhkan Perumdam adalah komitmen dan dukungan penuh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Banjar dalam proses pengadaan dan perbaikan infrastruktur tersebut.
Baca Juga:Debit Sungai Citanduy Naik, Tirta Anom Pastikan Keamanan Air Minum Tetap TerjagaTirta Anom Pasok Air Bersih untuk Dukung Program Makanan Bergizi Gratis di Kota Banjar
“Dalam penyertaan modal itu, kami (Tirta Anom, Red) cukup sebagai penerima manfaat pembangunan revitalisasi pipa,” ucap Fitrah.
Harapannya, proses revitalisasi yang menjadi penentu nasib perusahaan dan kualitas layanan air bersih di Kota Banjar ini dapat segera dimulai pada tahun 2026.
Mengingat besarnya anggaran yang diperlukan, langkah perbaikan bisa dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan keuangan daerah.
Skema awal yang diusulkan adalah memperbaiki 8 kilometer pipa pada tahap pertama di tahun 2026, yang kemudian akan dilanjutkan secara berkelanjutan hingga tahun 2028.
“Kami tidak bisa menunda lagi karena kerugian yang ditimbulkan semakin besar setiap tahun. Revitalisasi bertahap adalah langkah paling realistis,” tegas Fitrah,
Usulan revitalisasi itu kata Fitrah, tujuannya tidak hanya untuk menghentikan kebocoran finansial, tetapi untuk menjamin kualitas layanan air bersih yang prima bagi pelanggan dan memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan daerah ini di masa depan.
“Tanpa penanganan segera, kebocoran dan kerugian dipastikan akan terus membengkak, yang pada ujungnya akan membebani tidak hanya perusahaan, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat sebagai pelanggan setia Tirta Anom,” katanya. (CEP)
