JABAR EKSPRES – World Boxing Council (WBC) resmi mengumumkan bahwa dua mantan juara dunia, Skye Nicolson dan Yuliahn Luna Avila, akan saling berhadapan pada 13 Desember di Stockton Arena, California, Amerika Serikat. Keduanya akan memperebutkan gelar interim WBC untuk kelas bantam super putri (55,3 kg).
Dalam pernyataannya, WBC menjelaskan bahwa Nicolson—mantan pemegang gelar kelas bulu putri WBC—akan berduel dengan Luna Avila, juga mantan juara WBC di kelas bantam. Pertarungan ini menjadi kesempatan bagi keduanya untuk kembali meramaikan persaingan gelar dunia.
“Nicolson merupakan mantan juara dunia kelas bulu putri WBC beradu kemampuan dengan mantan juara kelas bantam putri WBC Luna Avila untuk kembali ke persaingan gelar dunia,” tulis pernyataan tersebut.
Baca Juga:7 Motor Listrik Dibawah 20 Juta, Performa Mantap dan Fitur ModernWajib Cek! Update KUR Mandiri Tenor 36 Bulan 2025: Bunga 6% dan Limit Rp50 Juta
Nicolson kembali naik ring setelah kehilangan gelarnya pada Maret lalu ketika ia dikalahkan Tiara Brown. Kekalahan tersebut menjadi satu-satunya noda dalam perjalanan profesionalnya. Saat ini, petinju asal Australia itu memiliki rekor 14 kemenangan dengan 3 di antaranya melalui knockout (KO) dan 1 kekalahan.
Dikenal sebagai petinju yang selalu bergerak aktif dengan akurasi pukulan tinggi, Nicolson memiliki gaya bertarung taktis yang sering membuat lawan berkarakter agresif kewalahan. Dalam laga mendatang, ia membawa misi penting: mengembalikan statusnya sebagai penantang papan atas. Kemampuan mengontrol sudut, bertarung dari jarak aman, serta mencetak poin tanpa banyak risiko menjadi andalan utamanya.
Namun, Nicolson akan menghadapi lawan yang bukan sembarang petinju. Yuliahn Luna Avila, petinju berpengalaman asal Meksiko, memiliki reputasi sebagai mantan juara dunia yang kuat dan konsisten. Dengan rekor 28 kemenangan (4 KO), 4 kekalahan, dan 1 seri, Luna Avila dikenal sebagai petarung metodis yang mampu memberikan tekanan stabil sepanjang pertarungan.
Julukan “Cobrita” melekat padanya karena gaya bertarungnya yang penuh perhitungan dan mematikan, terutama lewat serangan ke tubuh lawan—sebuah strategi yang dapat menjadi ancaman besar menghadapi petinju lincah seperti Nicolson.
WBC menilai pertarungan ini sebagai benturan dua gaya yang sangat berbeda: serangan teknis bervolume tinggi milik Nicolson beradu dengan kekuatan serta pengalaman Luna Avila. Bagi Nicolson, laga ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan bahwa dirinya masih pantas berada di puncak.
