Demi Keberlanjutan, Pakar Desak Pemerintah Restrukturisasi Utang BUMN Konsorsium PSBI

Demi Keberlanjutan, Pakar Desak Pemerintah Restrukturisasi Utang BUMN Konsorsium PSBI
Ilustrasi: Kereta cepat Whoosh melintas di perlintasan beberapa waktu silam. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Pemerintah Indonesia dinilai perlu segera melakukan restrukturisasi utang yang selama ini membebani badan usaha milik negara (BUMN) anggota konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), demi keberlanjutan BUMN.

Dorongan restrukturisasi utang BUMN itu disampaikan sejumlah pakar, menyusul komitmen Presiden Prabowo Subianto yang mengambil alih utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh.

Salah satunya disampaikan Pengamat BUMN, Toto Pranoto, yang menilai bahwa akar persoalan yang selama ini mencekik BUMN terletak pada struktur proyek Whoosh.

Baca Juga:Pengamat Soal Tantangan Finansial Whoosh: Maksimalkan Pendapatan Non-TiketSoal Utang Whoosh, Presiden Perintahkan Menteri Cari Solusi Terbaik!

Di mana proyek tersebut membuat PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI harus menanggung beban ganda, tak hanya sebagai operator kereta, KAI juga harus menjadi operator prasarana.

Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah dapat memisahkan peran operator dan penyelenggara infrastruktur. Sebagimana Undang-Undang Perkeretaapian Nomor 23 Tahun 2007.

Kemudian, kata dia, dibandingkan pemerintah menggunakan dana APBN dalam penanganan utang Whoosh, dana tersebut seharusnya diarahkan untuk membentuk BUMN baru.

BUMN baru itu dapat secara khusus menyelenggarakan prasarana kereta api, sehingga beban biaya infrastruktur dapat dikeluarkan dari struktur biaya KAI.

“Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga keberlanjutan keuangan BUMN-BUMN yang terlibat dalam PSBI,” ujarnya, dikutip Rabu (19/11/2025).

Di samping itu, meksi Prabowo mengklaim keuangan proyek kereta cepat tidak bermasalah, para ahli menilai bahwa persoalan utang yang ditanggung PT KAI dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) tidak dapat diabaikan.

Sebab, WIKA sendiri telah menggelontorkan modal konstruksi sekitra Rp5,9 triliun yang hingga saat ini belum dibayarkan, ditambah setoran modal Rp6,1 triliun.

Baca Juga:Kritik Terhadap Whoosh Bukan Bentuk Penolakan, Pemerhati: Jangan Hanya Jadi Pajangan Dibayangi Tantangan Finansial, Pemerhati Transportasi Nilai Whoosh Belum Kehilangan Harapan

Pengamat pasar modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy bahkan mendorong restrukturisasi utang dilakukan secara menyeluruh.

Menurutnya, beban finansial tidak semestinya dibebankan hanya pada KAI dan WIKA, karena itu hanya akan menyulitkan kedua perusahaan tersebut.

Mengingat, bunga utang komersial dari proyek Whoosh mencapai Rp2 triliun per tahun, dengan total utang yang membengkak akibat cost overrun dan suku bunga sekitar 3,2 persen.

“Pemerintah harus segera melakukan langkah korektif berupa pengurangan pokok utang dan penurunan suku bunga menjadi di bawah 1 persen mengingat negara seperti Jepang mampu memberikan bunga serendah 0,1 persen pada proyek kereta cepat melalui skema government-to-government (G to G),” papar Budi.

0 Komentar