Yang Merekah di Desa Wisata Mekarlaksana

Pemandu wisata atau tour guide dari Desa Wisata Mekarlaksana bersama para pelajar saat edukasi pertanian
Pemandu wisata atau tour guide dari Desa Wisata Mekarlaksana bersama para pelajar saat edukasi pertanian dan persawahan, di Kampung Cilopang, Desa Mekarlaksana, Kabupaten Bandung, Kamis (30/10). (Muhamad Nizar/Jabar Ekspres).
0 Komentar

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vani Yuniastoeti Sri Susilawati dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2024, Desa Mekarlaksana memiliki hamparan kebun dan pesona alam yang menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk mengubah wilayah mereka menjadi desa wisata.

“Memiliki potensi wisata yang baik mulai dari keindahan alam yang meliputi pegunungan dan perkebunan, kelestarian budaya lokal, tradisi leluhur, seni pertunjukan, serta keberagaman produk UMKM,” tulis Vani dalam penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Mekarlaksana itu, dikutip Jabar Ekspres, Senin (10/11).

Ia memaparkan, konsep pariwisata di Desa Mekarlaksana berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). Pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya dalam komunitas.

Baca Juga:Lebih Pintar Tapi Tak Laku, Gen Z Jadi Pengangguran Terbanyak di JabarInvestasi Deras, Tenaga Kerja Seret: Pengangguran Jabar Tembus 1,78 Juta Orang

Konsep pariwisata ini, lanjut Vani, berfokus pada partisipasi masyarakat dengan tujuan melestarikan warisan budaya, menjaga keberlanjutan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan memastikan bahwa manfaat ekonomi didistribusikan secara adil.

Dalam penelitiannya, ia memberi sejumlah rekomendasi bagi Desa Wisata Mekarlaksana. Terdapat empat hal yang mesti jadi sorotan para pengelola. Pertama, pemerataan manfaat ekonomi, pengelola desa wisata harus memastikan keuntungan dari kegiatan wisata tersebar secara merata ke seluruh masyarakat.

“Serta mengimplementasikan program-program ekonomi inklusif seperti pelatihan keterampilan, dukungan usaha mikro, dan pembagian hasil yang adil dari pendapatan wisata,” terangnya.

Kedua, pemerataan pembangunan yang adil. Ia meminta pengelola pun memastikan, pembangunan fasilitas dan infrastruktur wisata dilakukan secara merata di seluruh desa. Serta menghindari konsentrasi pembangunan hanya di satu area untuk mencegah kesenjangan antar wilayah desa. Selain itu diperlukan juga melakukan evaluasi secara berkala.

“Mengenai dampak pembangunan terhadap seluruh masyarakat untuk memastikan, semua lapisan masyarakat merasakan manfaat dari pengembangan desa wisata,” tulis Vani.

Ketiga, peningkatan partisipasi pada tingkat partnership dan citizen power. Adanya upaya mengembangkan mekanisme, kata Vani, memungkinkan masyarakat untuk terlibat lebih dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program desa wisata. Serta membentuk kelompok kerja masyarakat atau komite desa wisata yang memiliki peran aktif dalam manajemen dan perencanaan.

0 Komentar