Bencana Pergerakan Tanah di Rongga KBB Makin Parah, 60 KK Harus Mengungsi

Ilustrasi: Gedung SD Negeri 1 Babakan Talang di Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, KBB hancur akibat bencana perg
Ilustrasi: Gedung SD Negeri 1 Babakan Talang di Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, KBB hancur akibat bencana pergerakan tanah pada 2024 lalu. Dok Jabar Ekspres/Suwitno
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Dampak bencana pergerakan tanah di Kampung Nendeut, Desa Sukamanah, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus meluas.

Diketahui, pergerakan tanah yang terjadi di kawasan perbukitan itu berlangsung secara tiba-tiba. Warga awalnya menyadari retakan kecil di dinding rumah dan permukaan tanah. Namun dalam beberapa hari, retakan tersebut melebar hingga membuat sebagian bangunan miring dan tidak layak huni.

“Kondisi ini memaksa puluhan keluarga meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di tempat yang lebih aman, sebagian besar di rumah kerabat terdekat,” ujar Kepala Pelaksana BPBD KBB, Asep Sehabudin, saat dikonfirmasi, Kamis (6/11/2025).

Baca Juga:Dorong Aglomerasi Solo Raya, Gubernur Ahmad Luthfi Raih Penghargaan Cita Loka Fest 2025!Jangkau 706 Desa, Program Speling Ahmad Luthfi  Bisa Diterapkan Secara Nasional!

Asep menyebut, fenomena pergerakan tanah di Sukamanah dipicu oleh kombinasi beberapa faktor, antara lain curah hujan tinggi, kemiringan lahan, serta tingkat kejenuhan tanah akibat cuaca ekstrem beberapa minggu terakhir.

“Pemicu pergerakan tanah di sana banyak faktor, mulai dari kondisi tanah yang jenuh air hingga curah hujan ekstrem beberapa minggu terakhir,” katanya.

Berdasarkan pendataan sementara, sedikitnya 51 rumah terdampak dengan total 60 kepala keluarga atau 208 jiwa. Sebagian rumah mengalami keretakan parah di dinding, lantai, dan fondasi, sementara rumah lain berada di zona rawan longsor.

“Untuk pergerakan tanah di Kampung Nendeut itu ada 51 rumah dengan jumlah 60 KK atau 208 jiwa. Untuk mencegah korban jiwa, mereka mengungsi ke rumah kerabat terdekat yang lebih aman,” tambahnya.

Ia menambahkan, pihaknya telah melakukan pemetaan awal di lokasi terdampak. Retakan tanah sepanjang sekitar satu meter dengan lebar lima hingga sepuluh sentimeter ditemukan di beberapa titik.

“Retakan tersebut menjadi tanda bahwa pergerakan tanah masih terus terjadi dan berpotensi meluas ke area sekitar,” sambungnya.

Sebagai langkah mitigasi, BPBD berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menutup sementara akses di area terdampak dan memasang tanda bahaya. Badan Geologi pun akan diterjunkan untuk melakukan kajian teknis terhadap kondisi tanah dan struktur geologi wilayah tersebut.

Baca Juga:Irjen Pol Rudi Setiawan Resmi Menyandang Gelar Doktor di UNAIRUlang Tahun APSIFOR ke-18: Inspirasi Billy Martasandy untuk Generasi Psikolog Muda

“Kami apresiasi langkah kewaspadaan dini dari masyarakat yang segera melapor ke petugas dan mengungsi ke rumah kerabatnya. Memang pergerakan tanahnya ditandai dengan retakan-retakan tanah. Kami akan minta Badan Geologi melakukan pengecekan di lokasi untuk memastikan keamanan permukiman warga dari ancaman pergerakan tanah,” tandas Asep.

0 Komentar