JABAR EKSPRES – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) menunggu hasil kajian Badan Geologi sebelum mengambil keputusan terkait kemungkinan relokasi warga yang tinggal di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Attohiriyah, Desa Cinengah, Kecamatan Rongga.
Keputusan tersebut dinilai penting, pasalnya bencana longsor yang menimpa kawasan tersebut menewaskan seorang santriwati berusia 15 tahun.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB, Asep Sehabudin, mengatakan tim Badan Geologi telah diterjunkan ke lokasi sejak Jumat (31/10/2025) untuk melakukan kajian menyeluruh. Peninjauan dilakukan guna mengetahui penyebab longsor sekaligus menilai tingkat kerawanan kawasan terhadap potensi pergerakan tanah susulan.
Baca Juga:Buka Suara Isu OTT, Wawalkot Tegaskan hanya Sebagai SaksiDugaan Penyalahgunaan Kewenangan di Lingkungan Pemkot, Wali Kota Bandung Buka Suara
“Hari ini tim geologi sudah terjun ke lokasi untuk melakukan kajian. Mereka lakukan pemetaan komprehensif soal struktur tanah dan penyebab longsor di sana,” ujar Asep saat dikonfirmasi, Jumat (31/10/2025).
Menurut Asep, hasil kajian tersebut akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menentukan langkah penanganan pascabencana. Jika hasil analisis menunjukkan kawasan tersebut tidak lagi aman untuk dihuni, maka pemerintah harus menyiapkan kebijakan relokasi bagi warga terdampak maupun lembaga pendidikan yang berada di zona rawan.
“Kalau ternyata hasil kajian menyebutkan lokasi itu tidak layak, kita harus ambil kebijakan relokasi supaya menjamin keamanan masyarakat,” tambahnya.
Diketahui, peristiwa longsor terjadi di Kampung Pasir Buleud, Desa Cinengah, Kecamatan Rongga, awal pekan ini. Tebing setinggi belasan meter ambrol dan menimpa bangunan Ponpes Attohiriyah serta empat ruang kelas Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al Mubarkah. Material tanah dan batu menyeret bangunan hingga seluruh ruang kelas roboh.
Akibat kejadian itu, seorang santriwati dilaporkan meninggal dunia tertimbun reruntuhan, sementara sejumlah santri lainnya mengalami luka-luka. Kejadian tersebut juga menyebabkan para siswa MTS Al Mubarkah kehilangan ruang belajar dan terpaksa menghentikan aktivitas pembelajaran tatap muka.
“Kondisinya cukup memprihatinkan. Bangunan madrasah habis terseret longsoran, sementara sebagian santri harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman,” kata Asep.
Untuk memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berjalan, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bandung Barat telah merekomendasikan agar sementara waktu pembelajaran dilakukan secara daring atau dipindahkan ke lokasi aman.
