JABAR EKSPRES – Saat peluit panjang dibunyikan dan gemuruh stadion berubah menjadi lagu kemenangan, sorotan kamera berlari ke tengah lapangan, ke arah pemain yang berselebrasi, ke pelatih yang meninju udara. Namun di balik semua itu, berdirilah barisan orang dengan rompi oranye, kuning, atau hitam, yang peluhnya jarang diperhatikan: para steward.
Mereka tak mencetak gol, tak memberi umpan, tapi tanpa mereka, sepak bola Indonesia, termasuk BRI Super League 2025/2026, takkan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Menjelang kick-off di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), udara Bandung terasa berat oleh antusiasme ribuan penonton. Di sela hiruk-pikuk penjual atribut dan lagu suporter, seorang pria berjaket hitam berdiri tegak di pintu masuk tribun timur.
Baca Juga:Main dengan 10 Pemain, Persib Tetap Taklukkan Persis di GBLAAmankan Laga Persib vs Persis Solo, Ribuan Personel Dikerahkan Polrestabes Bandung
Setiap beberapa detik ia mengarahkan tangan, memberi isyarat pada penonton untuk bergerak perlahan, memastikan tak ada desakan berlebih di gerbang. Bagi banyak orang, pekerjaannya terlihat sederhana, tapi bagi pertandingan, ia adalah “penjaga ritme”.
“Kalau satu pintu macet, efeknya bisa ke mana-mana,” kata Ruslan (38), steward yang tengah bertugas di stadion.
Ia tak pernah muncul di berita, tak pernah diwawancarai televisi. Tapi setiap kali pertandingan berakhir tanpa insiden, itu adalah kemenangannya sendiri.
Steward di liga profesional bukan lagi sekadar penjaga pintu. Mereka bagian dari sistem keamanan modern yang dirancang untuk memastikan pengalaman menonton tetap aman dan manusiawi.
Tugasnya berlapis: mengatur arus penonton, menjaga batas antara tribun dan lapangan, menangani penonton yang sakit, bahkan membantu aparat dalam situasi genting. Mereka harus sigap membaca emosi massa, kapan harus menenangkan, kapan harus memanggil bantuan.
Di pertandingan besar, ketika keputusan wasit memicu kemarahan suporter, atau gol penentu lahir di menit 90, atmosfer stadion bisa berubah dalam hitungan detik. Di momen itulah peran steward benar-benar diuji.
Mereka menjadi “penahan gelombang”, berdiri di barisan paling depan untuk memastikan emosi tidak meluap menjadi kekacauan. Setiap langkah dan tatapan mereka bisa menentukan apakah situasi tetap terkendali atau berubah jadi bencana.
