Empat Siswa Mundur, Bukti Sekolah Rakyat Bandung Barat Perlu Pendekatan Lebih Adaptif

Empat Siswa Mundur, Bukti Sekolah Rakyat Bandung Barat Perlu Pendekatan Lebih Adaptif
Empat Siswa Mundur, Bukti Sekolah Rakyat Bandung Barat Perlu Pendekatan Lebih Adaptif
0 Komentar

Jabar Ekspres – Empat siswa jenjang SMP yang mengikuti program Sekolah Rakyat di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengundurkan diri setelah sebulan menjalani pendidikan.

Mereka memilih mundur karena belum siap menyesuaikan diri dengan pola hidup disiplin yang diterapkan di lingkungan sekolah.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) KBB, Idad Saadudin, membenarkan adanya empat siswa yang mengundurkan diri dari program pendidikan berbasis kedisiplinan sosial tersebut. Menurutnya, keputusan itu diambil setelah dilakukan pembinaan intensif dan komunikasi dengan orang tua masing-masing.

Baca Juga:Konser “The Journey Continues by Aloka", Peterpan Berhasil Bawa Euforia Generasi ke GenerasiGubernur Ahmad Luthfi Raih Penghargaan Pemimpin Percepatan Ekonomi Daerah

“Iya, sudah bulan lalu. Ada empat orang yang mundur setelah maksimal dikasih pencerahan ke yang bersangkutan dan orang tuanya, tapi tetap memilih mundur. Umumnya karena belum siap disiplin seperti bangun subuh, mandi, sekolah, juga karena ada yang selalu ingat ke rumah atau homesick,” ujar Idad saat dikonfirmasi, Kamis (23/10/2025).

Idad menuturkan, pola hidup di Sekolah Rakyat memang dirancang untuk membentuk karakter peserta agar lebih mandiri dan disiplin. Seluruh siswa diwajibkan tinggal di asrama dan mengikuti jadwal kegiatan harian yang padat mulai dari pagi hingga malam. Hal ini kerap menjadi tantangan bagi anak-anak yang sebelumnya belum terbiasa dengan kehidupan berasrama.

Menurutnya, kejadian ini menjadi bahan evaluasi penting bagi penyelenggara Sekolah Rakyat. Dinsos berencana memperkuat proses sosialisasi dan seleksi agar peserta yang diterima benar-benar memahami konsekuensi dan pola pendidikan yang akan dijalani.

“Ini jadi tantangan kami. Karena itu, kami akan terus meningkatkan sosialisasi, kemampuan petugas saat rekrutmen, serta kesiapan wali asuh dan wali asrama menghadapi anak yang mentalnya belum siap. Orang tua juga perlu mendukung anak agar bisa menyesuaikan diri dengan kedisiplinan yang diterapkan,” tambahnya.

Meski ada siswa yang mundur, Idad memastikan kuota program Sekolah Rakyat tetap terpenuhi. Keempat siswa tersebut telah digantikan oleh peserta cadangan yang berasal dari keluarga miskin dan tercatat dalam Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

“Para siswa yang keluar langsung diganti oleh peserta cadangan dengan kategori miskin dan tercatat di DTSEN. Jadi kuota tetap terpenuhi,” ujarnya.

0 Komentar