JABAR EKSPRES – Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyumbangkan salah satu lukisan hasil karya ibunya Kartini Basuki kepada kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) di Aula Timur, kampus Ganesha ITB, pada Minggu (19/10/2025).
Lukisan berjudul ‘Sukulen’ itu diberikan Widiyanti untuk Adicitra Ganesha yang nantinya karya Kartini Basuki ini berjejer dengan para maestro seni untuk dilelang.
Hasil karya yang dilelang dalam acara Pasar Seni ITB 2025 ini uangnya akan digunakan sebagai dana abadi kampus.
Baca Juga:Honda Stylo 160 Antar Modifikator Indonesia ke Ajang Modifikasi Dunia Mooneyes, Jepangbank bjb Perkuat Sinergi dengan Pemkab Kuningan Lewat Pinjaman Daerah
Dalam sambutannya, Widiyanti mengungkapkan bahwa lukisan itu bukan sekadar bingkai warna di atas kanvas.
Ada kisah yang menyertainya yakni tentang keteguhan hidup di tengah waktu yang terus berjalan.
“Beliau terinspirasi dari tanaman Sukulen yang tumbuh di batang pohon tua yang kering kerontang. Simbol keteguhan hidup di tengah waktu yang terus berjalan. Ia berdiri anggun seperti seorang putri yang menantang usia, memancarkan keindahan dan kekuatan dari kesederhanaannya,” ungkapnya.
Menurut Widiyanti, sang ibu tidak asing dengan dunia seni, khususnya seni lukis. Ia murid langsung dari maestro lukis Indonesia, almarhum Sudjojono.
Di masa mudanya, ia juga seorang atlet sprinter nasional yang kerap berlatih di stadion Siliwangi, Bandung, pada era 1960-an.
Kota ini, kata Widiyanti, sudah lama menjadi bagian dari nadi keluarganya.
“Bandung dan ITB memiliki tempat istimewa di hati Ibu saya. Ia menghabiskan masa kecilnya di sini. Kakek saya dulu juga sempat mengajar di ITB, di bidang teknologi dan penyiaran,” imbuhnya.
Baca Juga:Kolaborasi yang Berdaya, Pertumbuhan yang Nyata: 16 tahun ABMM dengan Semangat Sinergi Tanpa BatasViral di TikTok Aplikasi 'Amora' untuk Cek Sketsa Wajah Jodoh Kita, Begini Cara Ikut Trennya
Soal Pasar Seni ITB tahun ini, Widayanti menuturkan hadir lebih dari sekadar pameran. Ia menjadi ruang temu lintas generasi—tempat seni, desain, dan pariwisata saling bertaut.
Setelah vakum 11 tahun, hajatan yang sudah digelar sejak 1972 itu kembali hadir dengan semangat Laju, Temu, Laku.
Sebuah semboyan yang, menurut Widiyanti menggambarkan gerak seni dan pariwisata yang sama-sama menumbuhkan bangsa.
“Dari Bandung, kota dengan sejuta ide kita buktikan bahwa kreativitas bulan sekadar gaya hidup, melainkan kekuatan menggerakkan bangsa. Mari kita terus rawat ruang pertemuan antara seni dan pariwisata ini agar Indonesia selalu jadi panggung bagi karya dan harapan,” tuturnya.
