Wamentan: Program MBG Bukan Sekadar Bagi Makan, Tapi Gerakkan Ekonomi Desa dan Pemerataan Gizi

Wamentan: Program MBG Bukan Sekadar Bagi Makan, Tapi Gerakkan Ekonomi Desa dan Pemerataan Gizi
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ittifaq, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, pada Rabu (8/10/2025). Foto Agi
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang dijalankan pemerintah bukan hanya berfokus pada penyediaan makanan bergizi bagi pelajar, tetapi juga memiliki dampak ekonomi besar bagi masyarakat pedesaan.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyoroti bagaimana program MBG sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk menciptakan pemerataan ekonomi dari desa ke kota.

“Program MBG ini bukan cuma soal makan. Ini adalah pemerataan gizi sekaligus penggerak roda ekonomi. Bukan bikin orang kaya tambah kaya, tapi membuat masyarakat yang tadinya miskin jadi sejahtera,” ujarnya saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ittifaq, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, pada Rabu (8/10/2025).

Baca Juga:Pakar Nilai MBG Harus Diperketat Kontrol dan Pengawasan, Pemkab Sumedang Peringati SPPGPastikan Keamanan Pangan, Gubernur Ahmad Luthfi Minta Pengawasan MBG Diperketat

Menurut Sudaryono, pelaksanaan program MBG membuka peluang besar bagi sektor pertanian nasional, terutama pada komoditas hortikultura, sayuran, buah-buahan, dan protein hewani.

“Apalagi sekarang ada MBG dan SPPG. Sekarang baru sekitar delapan ribu dapur di seluruh Indonesia. Kalau nanti jumlahnya bertambah, kebutuhan sayur, hortikultura, buah-buahan, termasuk juga perunggasan dan protein akan meningkat,” katanya.

Wamentan menyebut, kondisi ini menjadi emerging market atau pasar baru bagi produk-produk hasil tani dalam negeri. Dengan begitu, para petani dan pelaku usaha kecil di pedesaan memiliki pasar tetap dan berkelanjutan.

“Jadi uang dari kota itu nanti dibawa ke desa dan berputar di sana. Mulai dari sayur, daun bawang, ayam, telur, bumbu, sampai nasi semuanya berasal dari desa. Inilah yang dimaksud Presiden, bahwa MBG harus menggerakkan ekonomi rakyat,” jelasnya.

Sudaryono menambahkan, program MBG juga menciptakan lapangan kerja baru. Setiap dapur MBG, kata dia, dapat menyerap puluhan tenaga kerja dan melibatkan ratusan orang dalam rantai produksinya.

“Ada 45 sampai 50 orang yang bekerja langsung di dapur MBG. Kalau ditambah dengan pemasok, transportasi, dan petani yang menyuplai bahan baku, totalnya bisa mencapai 150 sampai 200 orang,” ujarnya.

Ia menegaskan, program ini akan terus dievaluasi agar lebih baik, tetapi secara prinsip, MBG sudah terbukti memiliki manfaat besar bagi masyarakat.

0 Komentar